Sabtu

Kampoeng Djawa


Bukan Hanya Menu Jawa

Rumah makan ini berlokasi di pinggir jalan Kompleks Perumahan Greenville. Bila berjalan dari arah Taman Ratu, kita tinggal lurus sampai akhir lalu berbelok ke kanan. Tidak jauh dari situ akan ada sebuah resto yang tertutup dengan nama Kampoeng Djawa di seblah kiri jalan.

Sesuai dengan namanya, sebagian besar menu yang ada di tempat makan ini adalah masakan khas Jawa, terutama Semarang. Ruang makan pun dibuat sangat nyaman. Ada sentuhan klasik Jawa, tapi ada pula kesan modern di tempat ini.

“Kami memang ingin membawa masakan daerah, terutama Jawa yang sepertinya identik dengan manis dan santan. Tapi, meski begitu, tidak semua menu adalah masakan Jawa. Kami tetap menyediakan menu lain seperti aneka sea food, chinesse food, dan menu bakar-bakaran,” kata Pemilik Kampoeng Djawa, Ida Titiani Nugroho.

Konsep Jawa modern dibawa oleh Ida karena merasa kalau restorannya dibuat full klasik, tentunya akan tidak cocok dengan masyarakat perkotaan. Makanya, dibuatlah restoran yang menghilangkan beberapa ciri khas klasik.

Coklat mendominasi warna interior dari restoran ini. Dengan berbagai paduannya, warna tersebut menyatu dengan bangku kayu semi klasik dan lukisan-lukisan tempo dulu. Belum lagi suara gemericik air yang sengaja dibuat di dalamnya, menimbulkan kesan alami yang membuat pengunjungnya betah berlama-lama.

Sop Sarang Burung
Setiap rumah makan pasti memiliki menu andalan dan yang memang banyak dipesan orang. Kampoeng Djawa sendiri memiliki Soup Sarang Burung, Nasi Liwet, Spicy Crab, dan Sapi Saus Fanta sebagai menu andalannya.

“Kalau menu yang banyak dipesan biasanya Nasi Liwet, Rawon, Sop Buntut, Bakmi Jawa, Kancang Panjang Cah Sapi, Kangkung Hot Plate, dan Gurame Goreng Terbang,” jelas Ida.
Ketika AdInfo singgah ke restoran ini, kami disuguhkan beberapa menu andalan mereka yang rasanya memang berbeda dengan tempat makan lain, terutama menu Soup Sarang Burungnya.

Menu ini dibuat dari sarang burung Walet asli yang memang banyak dicari orang. Bahan bakunya sendiri dijamin kualitas dan keasliannya. “Kita memiliki tempat perkembangbiakan Walet sendiri. Selain untuk bahan baku restoran, kami juga sering mengekspornya ke luar negeri,” ucap ida.

Tampilanya sendiri biasa saja. Hanya semangkuk sup hangat yang disantap menggunakan sendok. Rasanya gurih dengan kandungan yang cukup bergizi tinggi.

Membuatnya dengan cara direbus selama setengah jam dan dibiarkan mengembang. Setelah itu, dimasukkan telor ayam, sagu, dan cacahan daging ayam. “Cara masaknya seperti membuat Asparagus,” ungkap Ida.

Kemudian untuk menu masakan Jawa, Nasi Liwet tentunya tidak pernah ketinggalan. Kampoeng Djawa memiliki menu tersebut dengan nasi dan opor ayam, krecek, tumis labu siam, telor rebus, tahu, serta sambal sebagai pelengkapnya.

Cukup nikmat menyantap Nasi Liwet ini, opor ayamnya sangat terasa bumbu-bumbunya. Tumis labu siam yang dimasak dengan santan dan campuran cabe merahnya pun memiliki rasa tersendiri. Apalagi krecek dan sambalnya yang benar-benar menyiratkan menu Nasi Liwet sebenarnya.

Kepiting Cabe Kering
Sea food mungkin sudah tak asing lagi di lidah sebagian besar masyarakat. Mulai rumah makan pinggir jalan sampai restoran berkelas pun banyak yang menyediakan menu jenis ini. Kampoeng Djawa menawarkan Spicy Crab (Kepiting Cabe Kering) yang dikatakan oleh Ida sebagai menu andalan dengan resep yang diambil dari restoran di Hongkong.

Kepiting yang dipilih sebagai bahan baku dalam menu ini berjenis kelamin betina. Sebelum digoreng dengan cabe kering, kepiting di-steam terlebih dahulu. “Cara membuatnya, kepiting digoreng dengan cabe kering, kuning telor, bawang putih, dan daun bawang. Yang bikin enak dan terasa gurih adalah bumbu-bumbu tersebut yang akan ditaburi di atas kepiting,” jelas Ida.

Tampilan Spicy Crab di meja makan dihiasi dengan daun selada sebagai alasnya. Rasanya boleh dicoba, gurih dan bumbu-bumbunya membuat yang menikmati pasti merasa ketagihan. Pas dengan namanya, Spicy Crab.

Untuk menu Soup & Sate, Kampoeng Djawa memilih Soup Buntut Goreng untuk ditampilkan sebagai salah satu andalannya. Karena memang masih dalam kategori sup, menu ini sangat nikmat bila dimakan selagi hangat.

Soup Buntut Goreng terdiri dari beberapa potong buntut sapi goreng dan kuah yang disajikan terpisah. Kuah yang dibuat dengan campuran potongan wortel, kentang, dan bawang goreng ini ditempatkan dalam sebuah wadah yang berfungsi sebagai pemanas. Jadi tidak perlu khawatir kuahnya akan menjadi dingin.

Menu ini disajikan menarik, apalagi kalau melihat buntut sapi gorengnya yang merekah. Semakin membuat perut keroncongan. Kuah sopnya pun terasa segar dan sebanding bila disandingkan dengan buntut goreng.

Berikutnya adalah menu yang dinamakan Sapi Saus Fanta. Dari namanya saja mungkin sudah ketebak, apa yang membuatnya begitu istimewa. Benar, menu ini dimasak dengan campuran soft drink ternama, Fanta.

Daging sapi yang dipotong kecil-kecil ini dimasak dengan campuran Fanta berwarna merah. Fanta dicampurkan ke dalam kuahnya sehingga berwarna merah gelap. Lalu dilumurkan di atas potongan daging sapi goreng tersebut.

Sebelum sampai di meja makan, Sapi Saus Fanta akan dihias dengan irisan timun yang berjajar di sekelilingnya. Plus potongan batang daun bawang yang disebar di atasnya bersama taburan wijen. Rasanya bercampur antara rasa daging sapi yang gurih dan legit bersama dengan aroma khas Fanta yang sedikit bersoda.

Kemudian sebagai penutup, kita bisa memilih Lumpia yang juga menjadi makanan khas Semarang. Rasa makanan yang dibuat dari rebung, udang, dan ayam yang dibungkus dengan kulit tertentu ini cukup lezat. Apalagi kalau disantap dengan cabe rawit atau sausnya yang terbuat dari gula Jawa/pasir, bawang putih, garem, dan tepung tapioka.

Kapasitas rumah makan ini lumayan banyak untuk di kelasnya, kira-kira sekitar 150 orang. Ada beberapa ruangan yang bisa dipakai untuk keperluan meeting atau perjamuan lainnya. Fasilitas yang tersedia pun sudah lebih dari standar sebuah rumah makan. Sebut saja seperti, karaoke yang dilengkapi LCD berlayar lebar, free Wi-Fi/Hot Spot, dan Live Music setiap Sabtu dan Minggu.