Berbicara tentang hobi dan kepentingan yang sama, bisa menciptakan kebersamaan dalam sebuah keluarga.
Anak-anak sangat lucu, seperti malaikat, apalagi kalau mereka sedang tidur. Sering membuat kita terus teringat saat merek kecil dan tidak jarang yang menuliskan saat-saat itu dalam sebuah buku.
Tapi, saat anak beranjak dewasa, banyak keluarga yang terputus komunikasinya. Orangtua menjadi tidak sering berbicara karena anaknya sudah tumbuh dewasa. Hubungan di antara mereka tidak lagi sehangat ketika anak masih kecil.
Sesuatu Untuk Dibicarakan
Menjalani hobi yang sama dalam sebuah keluarga dapat membantu menumbuhkan komunikasi di antara anggotanya. Bahkan, ketika anak masuk dalam masa pubertas. Ada orang tua yang mengajak anaknya naik gunung dan kamping bersama. Di situ, mereka bisa saling bercerita dan bertukar pengalaman tentang hobi mereka.
Komunikasi antara orangtua dan anak akan tumbuh ketika:
1. Berbagai Penyelesaian
Bisa saja kita menemukan berbagai masalah dalam mengisi waktu bersama anak. Tapi dari situ, kita bisa menumbuhkan komunikasi di antara anggota keluarga ketika mencari penyelesaiannya.
2. Berbagi Pengalaman
Terlibat dalam aktivitas yang sering dilakukan keluarga tiap tahunnya, bisa menjadi kenangan yang indah di antara keluarga. Misalnya, ketika sang ayah naik gunung dan menginjak seekor ular. Anak akan terus mengingat bagaimana reaksi ayahnya ketika itu terjadi.
3. Cerita
Tidak ada yang lebih bagus bagi anak dari sesuatu yang bisa diceritakan di sekolah nanti. Seperti cerita ayah yang menginjak ular di atas. Bagi anak remaja, menceritakan hal yang dialami bersama keluarga bisa menjadi indentitas dan kebanggaan tersendiri buat mereka.Bahkan, diluar sekolah, hal tersebut bisa menjadi bahan cerita selagi makan.
Ketika aktivitas keluarga dibangun di atas kesamaan hobi dan kesenangan, hal itu bisa menjadi kesempatan baik untuk memupuk hal-hal positif dan membangun komunikasi atas dasar saling percaya di antara anggota keluarga.
Masalah Identitas Keluarga
Anak-anak perlu diakui eksistensinya. Jika tidak, anak akan mencari tempat lain di mana ia merasa dimiliki. Bisa saja, ketika di keluarga tidak diakui, dia mencari eksistensi dalam kelompok lain di luar rumah. Dalam sebuah gang, misalnya.
Ada seorang anak di penjara yang bercerita bahwa dengan menjadi anggota sebuah gang, dia merasa seperti di dalam keluarga. Merasa diperhatikan dan diakui keberadaannya.
Padahal, kalau dipikir, buat apa menjadi anggota dari gang-gang tersebut. Tapi, kebanyakan adalah karena memang tidak diakui dalam keluarganya. Atau karena sang anak terlibat hal-hal yang tidak baik.
Dengan adanya aktivitas bersama keluarga, mestinya bisa menjadi pencegah anak-anak ketika akan melakukan hal-hal yang tidak baik. Mereka akan ingat keluarga dan aktivitas-aktivitas yang telah mereka lakukan.
Di saat anak merasa memiliki keluarga, mereka akan:
1. Merasa aman dan memiliki kelompok atau grup sendiri
2. Merasa kuat dan mudah menolak hal-hal yang tidak baik
3. Memiliki perspektif, hidup bukan hanya omongan yang ada di meja makan. Bila kita sering mendengar anjuran untuk selalu menghabiskan waktu dan mencari kesenangan bersama keluarga, tapi tidak dibarengi dengan mencari kesenangan atau hobi yang sama, maka hanya beberapa anggota keluarga saja yang merasa senang. Maka, carilah aktivitas yang disukai atau digemari oleh semua anggota keluarga agar semuanya merasa senang dan anak pun menyukai aktivitas bersama keluarganya.
Jumat
Komunikasi dan Identitas Keluarga
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comment Form under post in blogger/blogspot