Selasa

Percaya atau Tidak, Tokek Laku Terjual Milyaran Rupiah

Bila ikan Arwana bisa terjual puluhan juta rupiah, lain halnya dengan tokek yang laku terjual dengan nilai milyaran rupiah. Tapi, tentu saja ada syarat tertentu agar tokek bisa dijual dengan angka tersebut.

Pastinya, bukan tokek yang ada di alam liar. Pasalnya, tokek dengan nilai milyaran rupiah harus memiliki berat lebih dari 4 ons dan sekarang ini tokek yang memiliki berat seperti itu boleh dibilang sangat jarang. Jenis tokeknya pun bukan yang sembarangan, tapi harus tokek rumah.

Tokek dibagi dalam tiga jenis, tokek hutan, tokek batu, dan tokek rumah. Masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda. Namun, di antara tiga jenis tokek itu, tokek rumah paling mahal. Untuk tokek rumah seberat 5,2 ons dengan panjang minimal 57,2 cm, harganya bisa mencapai Rp 3 milyar.

Dengan harga begitu tinggi untuk satu ekornya, tentu saja tokek akan banyak diburu orang sekaligus menimbulkan tanda tanya. Apa benar tokek bisa terjual milyaran rupiah? Lalu, bagaimana mencarinya dan siapa yang mau membeli tokek?

Munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi wajar karena habitat tokek sendiri boleh dibilang sudah tergusur jaman, terutama di daerah perkotaan. Otomatis, jumlah tokek pun akan berkurang, bahkan bisa dibilang hampir punah. Bila tokek bermanfaat buat menyembuhkan penyakit, sampai sejauh mana keampuhan formula tokek hingga ada yang berani untuk membeli sampai milyaran rupiah.

Adalah David Hendra yang mau membeli tokek-tokek tersebut dengan harga tinggi. Dari keterangannya didapat bahwa tokek bukan hanya digunakan sebagai obat kulit, tapi lebih besar dari itu.

“Mengapa tokek bisa laku mahal dan bernilai milyaran? Salah satunya karena tokek merupakan salah satu reptil yang memiliki enzym antibody atau enzym yang bisa membuat manusia kebal terhadap serangan berbagai penyakit, seperti AIDS, flu burung, flu babi, dan sebagainya,” kata David yang lahir di Probolinggo, 24 November 1957.

Di samping itu, tambahnya, coba ingat tentang kontroversi senjata biologis yang konon diciptakan oleh mantan Presiden Irak, Saddam Hussein? Konon katanya, di dalam empedu tokek ada enzym yang bisa membuat kebal dari serangan senjata biologi yang salah satunya ditemukan atau dibuat oleh Saddam.

Tak perlu percaya, tapi bisa juga ini jadi kenyataan. Lihat juga penelitian di China yang membuat serbuk dari enzym tokek dan dilakukan percobaan pada tikus. Hasilnya diketahui bahwa tikus yang mendapat atau menghirup serbuk tokek, tidak mati walau diberi berbagai macam penyakit. Sedangkan tikus yang tidak diberi antibodi, langsung mati kena senjata biologi berupa penyakit.

Selain bisa digunakan sebagai antibodi dari berbagai penyakit, dikatakan David, Perang Dunia ke-3 diyakini tidak seluruhnya akan menggunakan senjata nuklir dan tidak seluruhannya memakai senjata kimia, mengapa? Karena hal itu akan memicu saling menggempur dan saling mengalami korban.

Oleh karena itu, pada Perang Dunia ke-3, setiap negara sudah memikirkan bagaimana caranya agar negaranya tetap aman dan penduduknya selamat. Makanya, ketika perang itu terjadi, sudah ada yang berpikir tentang persembunyian bawah tanah dan ada pula yang membuat persembunyian di luar angkasa.

Negara-negara dimaksud, sudah memikirkan bagaimana bisa menyerang negara lain tanpa diketahui, bahkan sampai tidak tahu bahwa saat itu sedang terjadi Perang Dunia ke-3 karena hanya melalui penyakit dan mati.

“Jadi, jangan mengira bila terjadi wabah penyakit, lalu kita berkata itu biasa dan sudah musimnya penyakit. Tapi, bisa jadi itu merupakan awalnya Perang Dunia ke-3. Waspadalah dan berdoalah agar Tuhan beserta kita,” jelas David yang berdomisili di Semarang.

Anti Tumor Tokek
Apa benar tokek juga bisa menyembuhkan tumor ganas? Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Prof Wang dari Universitas Henan, China, dapat menjawab pertanyaan tersebut dan temuan mereka telah dipublikasikan dalam World Journal of Gastroenterology. Mereka mengkaji mengenai studi farmakologi atas tokek dan kejelasan mekanisme anti-tumornya.

Ternyata, tokek memiliki dampak positif pada tumor ganas, demikian dalam laporan klinis Prof. Wang dkk. Mereka telah meneliti efek anti-tumor tokek terhadap tumor esofagus menggunakan sel karsinoma manusia dan xenografted Kaposi 180 di tikus strain Kunming. Dalam penelitiannya, mereka juga sekaligus meneliti mekanisme anti-tumornya.

Metode yang digunakan adalah metoda serum farmakologis secara in vitro. Tingkat pertumbuhan sel karsinoma esofagus manusia (EC9706 atau EC1) diukur dengan memodifikasinya menjadi 3 - (4,5-Dimethylthiazol-2-il) -2,5-diphenyltetrazolium bromide (MTT). Kemudian tumor ditransplantasikan ke model tikus S180 Kaposi.

Lima puluh tikus dibagi secara acak menjadi lima kelompok (n = 10). Tiga kelompok diperlakukan masing-masing dengan serbuk tokek secara oral pada dosis 13,5 g/kg, 9 g/kg, dan 4,5 g/kg per hari. Kelompok negatif (NS grup) diperlakukan dengan oral dengan larutan garam dengan volume yang sama dan kelompok positif (grup CTX) diperlakukan dengan 100 mg/kg Cytoxan secara injeksi intraperitoneal pada hari pertama.

Setelah 2 minggu perawatan, kegiatan anti-tumor dievaluasi dengan menimbang jaringan tumor. Kemudian pengaruh terhadap organ kekebalan dideteksi menggunakan indeks timus, limpa, indeks kecepatan fagositik. Ekspresi protein faktor pertumbuhan endothelin vaskular (VEGF) dan faktor pertumbuhan fibroblast dasar (bFGF) akan dideteksi secara imunohistokimia. Tingkat sel apoptotik dideteksi dengan metoda Tunel.

Hasil yang didapatkan adalah nilai OD dalam setiap kelompok Tokek setelah 72 jam berkurang secara signifikan di EC9706 dan EC1. Berat tumor di setiap kelompok Tokek juga menurun secara signifikan (1,087 + / - 0,249 vs 2,167 + / - 0,592; 1,021 + / - 0,288 vs 2,167 + / - 0,592; 1,234 + / - 0,331 vs 2,167 + / - 0,592; P <>.

Lahan Bisnis
Dengan alasan di atas, tentunya banyak orang akan tergiur memelihara tokek. Namun jangan salah, memelihara tokek tidak semudah yang dibayangkan. Meski makannya cukup dikasih jangkrik, tapi ternyata tokek adalah binatang yang perlu penanganan khusus dalam pemeliharaan dan mudah stres. “Kalau stres, tokek bisa bunuh diri dengan cara menggigit lidahnya sampai pendarahan dan mati,” ungkap David.

Budidaya yang benar dan bagaimana caranya agar tokek cepat bertambah berat adalah dengan mengetahui ilmunya melalui workshop yang diadakan oleh David. Dalam pelatihan tersebut, David akan menjelaskan bagaimana caranya menggemukan tokek dari menerapkan disiplin posisi tubuh tokek yang harus horisontal, asupan makan, lingkungan hidup tokek, dan sebagainya.

Kalau memelihara tokek untuk hobi, jelas David, gampang saja. Turutin kemauan tokek agar dia senang. Biasanya, para hobbies akan membuatkan rumah atau gua sebagai tempat tidur tokek. Bahkan, ada yang menyediakan pasir untuk tokek berjemur. Sebagian orang malah ada pula yang mencampur tokek, padahal tokek itu binatang kanibal yang kalau telat makan bisa saling makan (buntut).

Dalam workshop tersebut, di samping cara pembudidayaan, David juga menjelaskan bagaimana caranya menjual tokek. Hal ini perlu diketahui karena banyak penipu di balik tingginya nilai jual tokek.

Modus penipuan bisa dilakukan dengan pemberian obat, makanan, atau alat pemberat lain yang mampu meningkatkan berat badan tokek. "Pernah ada yang memasukkan gotri (pelor) di tubuh tokek biar beratnya tambah,"ceritanya.
Namun, pengusaha multitalenta tersebut memiliki cara sendiri untuk mengantisipasi penipuan dalam bisnisnya itu. Suami Tabita Sriwatiningsih tersebut menyatakan telah memiliki jaringan perdagangan tokek yang kuat. Mayoritas pembeli yang dilayani adalah konsumen di luar negeri.

Untuk jaringan ke bawah, mulai para penjual dan pengumpul, Hendra menggunakan cara tersendiri guna mencegah penipuan. Yakni, penjualan melalui foto serta pembayaran melalui beberapa tahap.

"Usaha dengan omzet miliaran seperti ini rawan penipuan. Kalau tidak cermat, akan mudah ditipu makelar. Karena itu, saya punya cara sendiri untuk mengatasi penipuan,"ujarnya.

Dia menjelaskan, sistem penjualan tokek dipasarkan melalui foto tertutup. Tokek tidak diperlihatkan secara utuh. Namun, tokek difoto di atas timbangan digital yang di sampingnya diletakkan koran untuk mengetahui tanggal berapa tokek tersebut difoto.
Foto tersebut kemudian dipasarkan melalui internet atau dikirim dalam bentuk print out. Orang yang hendak membeli tokek harus lebih dulu menyatakan sanggup bertransaksi dengan mentransfer sejumlah uang. "Selanjutnya, saat terjadi transaksi langsung, barulah dibayar lunas,"jelasnya.

Untuk pembelian dari pengumpul atau pemilik, Hendra menggunakan tiga tahap pembayaran untuk menghindarkan penipuan. Pertama, pernyataan kesanggupan dengan membayar sejumlah tertentu. Lalu, selama beberapa hari, dia mengamati kondisi kesehatan tokek. Jika tokek tetap sehat, dirinya baru membayar uang muka. Baru setelah beberapa minggu dipastikan tokek dalam keadaan aman dan sehat, dia membayar lunas harga yang disepakati.

"Tentunya, kita harus lebih cerdas dari para penipu. Saya sudah punya pengalaman ditipu orang. Itu menjadi pengalaman paling berharga,'' katanya.

Hendra menambahkan, mayoritas tokek dijual ke luar negeri. Namun, dengan alasan bisnis, dia enggan menyebutkan negara-negara pengimpor tokek asal Indonesia itu. "Ya pokoknya dibeli orang luar sana, Mas," tegas bapak empat anak itu.