Sabtu

Pitoyo Suwanto

Pengusaha Ramah & Murah Senyum

Hidup serba kecukupan dan kekayaan yang melimpah, dapat menjadikan orang sombong dan besar hati.

Apalagi bagi seorang pengusaha, jika keuntungan besar sudah di depan mata, seolah semua menjadi tak berarti. Seperti contohnya, kesejahteraan karyawan sering dihiraukan, fasilitas usaha tidak lagi diperhatikan, bahkan hingga jauh dari keluarga di rumah.

Bagi seorang pengusaha, keuntungan tak menjamin kebahagiaan, bila tidak dikelola dengan pikiran besar dan semangat yang kuat. Agar keuntungan bidang usaha dapat terus mengalir, maka dirasa perlu mementingkan hal-hal yang berpengaruh tersebut.

Semua permasalahan tentu berpangkal pada manajemen diri si pengusaha. Bila pribadinya sudah terbiasa mengatur “keadaan” menjadi lebih baik, maka lingkungan kerja pun akan menjadi lebih baik.

Melirik sosok pengusaha yang sukses di komunitas kita, ada satu figur yang patut menjadi contoh teladan yang baik. Tak hanya dari kisah sukses usahanya, tapi juga dari sisi karakter “rendah hatinya seorang pimpinan perusahaan”.

Figur yang satu ini bernama lengkap Pitoyo Suwanto. Pria dengan sederet pengalaman di banyak bidang usaha ini, dikenal oleh karyawannya sebagai pribadi yang ramah, sopan, murah senyum, dan dekat dengan para karyawannya.

Menjadi pimpinan di dalam tiga perusahaan berbeda tak membuat sosok pengusaha kelahiran Jakarta, 8 Oktober 1976 ini, menjadi besar hati. “Ingin jadi pengusaha perusahaan sebesar apa, itu tergantung kita, seberapa keras kita berkerja dan seberapa besar dedikasi kita,” ujar Pit, begitu ia akrab disapa.

Pria lulusan S1 di Oklahoma State University (Industrial Engineering) ini, menginginkan semua perusahaan yang telah didirikannya secara profesional dapat berjalan mandiri tanpa bantuan dirinya atau Zero Maintenance. Sehingga, diharapkan ia bisa fokus merintis perusahaan-perusahaan yang baru untuk ke depannya.

Dari Keluarga Pengusaha
Darah pengusaha sudah mengalir kental dalam diri Pitoyo sejak kecil. Lingkungan pengusaha bukan barang baru baginya karena sang ayah (Harri Yohanes) berprofesi sebagai pengusaha dan pada masanya telah sukses memiliki beberapa pabrik di Jakarta.

Belum lagi ditambah sang paman yang juga selalu menanamkan jiwa pengusaha sejak dirinya duduk dibangku SD. Sehingga, tekad dan pola pikir untuk menjadi pengusaha sudah terbentuk pada diri Pit Kecil. Sempat terbesit dalam pikirannya untuk menikah di usia mapan (26 tahun), mempunyai rumah, mobil, dan bisnis usaha sendiri.

Karena tekad itulah, ia selalu terpacu untuk terus belajar, mempunyai keinginan untuk maju, dan terus selalu melangkah lebih ke depan. “Jangan pernah berputus asa” adalah sebuah kalimat yang dapat memotivasi dirinya.

“Sejak SMP, saya sudah mulai usaha kecil-kecilan. Dulu sewaktu berjalan-jalan ke luar negeri atau ke Pasar Ular, saya suka membeli beberapa jam tangan, lalu menjualnya ke teman-teman di sekolah,” kenang Pit.

Dari tahun 1997 sampai tahun 2000 berbagai profesi pernah ia kerjakan, dari tukang bersih-bersih WC, penyapu lantai, pencuci piring, pelayan kafetaria, kasir, salesman buku door to door, delivery pizza, berjualan radio, pengantar bahan bangunan, supervisor (mandor), sampai pada akhirnya menjadi assistant project manager salah satu perusahaan konstruksi di Philadelphia, Amerika Serikat.

Pekerjakan Orang Indonesia di Amerika
Kisah suksesnya tak hanya sampai di situ. Pertama kalinya, pada tahun 2000, ia mendirikan sebuah perusahaan dengan nama Indonesian Construction Company di Amerika serikat.

Karena krisis moneter serta banyaknya kerusuhan pada tahun 1998, banyak orang-orang Indonesia yang migrasi ke Amerika. Bagi Pit, hal tersebut merupakan potensi besar guna menciptakan lapangan pekerjaan di Negeri Paman Sam dengan mengandalkan orang Indonesia sebagai SDM-nya.

Selain perusahaan konstruksi, pria berbintang Libra ini juga membuka beberapa usaha di Amerika dengan SDM orang Indonesia seperti restoran (Warung Rame-Rame), radio berbahasa Indonesia (Suara Kasih), koran berbahasa Indonesia (Suara Kabari), jasa pengiriman uang ke Indonesia, jasa penyewaan CD film-film Asia berteks Indonesia, juga berjualan Martabak Terang Bulan dan bakmi ayam.

Selang beberapa lama kemudian, tepatnya pada 4 April 2002, pria yang hobi bermain golf ini lalu menikah dengan Shelly Taurus dan dikarunia 3 orang anak perempuan masing-masing: Paige Suwanto (1th), Prue Suwanto (3th), dan Pearl Suwanto (7th).
Setelah empat bulan menikah, Pit dan sang istri pulang ke Indonesia untuk memulai usaha jasa konstruksi dari awal, kemudian berdirilah sebuah jasa konstruksi dengan nama SIMPLE PLAN. “Kebetulan mertua saya juga di bidang yang sama jadi saya banyak belajar dari dia,” ujar Pit.

Satu perusahaan saja terasa belum cukup bagi Pit, maka untuk melayani klien dengan basis B to B, pada 8 Maret 2005, ia mendirikan PT. Eka Karya Konstruksi (EKKON).
Lambat tapi pasti, dua perusahaan yang dipegang olehnya semakin maju dan sukses. Kemudian secara bertahap, mulai berkembang berbagai perusahaan lain dengan kerjasama partner. Seperti PT. Alpha Prime Creation (APC), perusahaan yang berdiri pada 2009 ini, didirikan untuk memenuhi permintaan area commercial interior.

Dan terakhir, di tahun 2010 ini, bersama partner lainnya, pria yang aktif dalam beberapa kegiatan sosial seperti Ishare, IFGFGISI, dan World Harvest Foundation ini, juga memulai dua perusahaan baru dengan nama PT. Jaya Inti Persada dan PT. Jaya Raya Perkasa yang akan melayani bidang konstruksi infrastruktur dan perdagangan material konstruksi.