Jika Kita jeli memperhatikan, dalam beberapa tahun terakhir ini muncul fenomena menarik dalam dunia kebugaran tubuh di Indonesia. Terlebih di tempat-tempat fitnes. Di kota-kota besar, mulai banyak bermunculan beragam fitness center, dari yang menawarkan konsep konservatif hingga suasana dengan lampu-lampu gemerlap seperti cafe.
Ingin langsing, berotot, atau sekadar ikut-ikutan teman adalah beberapa alasan orang bergabung di fitness center. Parahnya lagi, ada pula alasan seseorang yang ikut fitnes dengan alasan ingin gaya atau sekedar cuci mata.
Gaya hidup sehat sekarang makin jadi pilihan. Selain diet makanan sehat, tak jarang orang yang mulai melirik gym sebagai tempat berolahraga. Jika dulu banyak orang yang tak masalah lari di taman atau pusat olahraga, kini gym jadi pilihan. Selain untuk kesehatan juga untuk gaya hidup. Namun masih ada sebagian orang yang datang ke tempat fitnes hanya untuk gaya atau sekedar untuk cuci mata.
Bukan hanya itu, ada pula orang yang berangkat dari rumah atau kantornya dengan membawa tas yang berisi perlengkapan fitnes merasa bangga akan dirinya. Tak jarang, orang yang seperti itu hanya ingin menunjukan kepada orang lain bahwa dirinya ikut fitnes atau tergabung dalam member suatu tempat fitnes yang namanya sudah beken.
Sepuluh tahun yang lalu, berbicara mengenai fifness center berarti berbicara mengenai sesuatu yang hanya terjangkau oleh sebagian golongan masyarakat saja, tepatnya golongan ekonomi kelas atas Sebagian besar lokasinya berada di hotel bintang lima atau mal.
Seperti yang diketahui, untuk dapat bergabung menjadi member suatu tempat fitness, calon anggota dikenakan sejumlah biaya. Jumlahnya pun bervariasi di setiap fitness center. Namun, umumnya mencapai angka jutaan rupiah. Dengan kondisi seperti itu, alhasil hanya mereka yang berkocek tebal lah yang mampu berolahraga di fitness center.
Entah berkaitan atau tidak, target pasar kaum dewasa mapan yang dibidik oleh fitness center pada masa tersebut tampaknya berpengaruh pada atmosfer fitness center itu. Menyesuaikan dengan kemapanan para anggotanya, umumnya fitness center didesain konservatif. Tidak ada live music membahana yang mengiringi member Selama berlatih, kecuali bila berada di kelas. Lampu-lampu penunjang cukup dipilih yang berwarna putih, tanpa ada efek permainan cahaya apapun.
Kondisi tersebut agaknya mulai bergeser dalam tahun-tahun belakangan ini. Bermunculan fitness center fitness center baru dengan konsep berbeda. Jika sebelumnya hanya kelas ekonomi atas yang dibidik, kini golongan menengah pun menjadi target pasarnya. Sebagai konsekuensi, berbagai biaya dipangkas.
Sejumlah penawaran khusus diber-lakukan. Alhasil, fitness center tidak berkesan semewah dan semahal dulu. Pemilihan lokasi juga menjadi salah satu hal yang diperhitungkan. Bila dulu hotel bintang lima yang jadi pilihan, kini tampaknya pusat perbelanjaan jadi primadona. Letaknya yang strategis, entah berada dekat komplek perumahan atau tidak jauh dari sentra bisnis, membuat beberapa pusat perbelanjaan dilengkapi dengan fitness center juga. Hal ini relatif memudahkan akses bagi mereka yang ingin mencapainya.
Dengan strategi baru tersebut, pangsa pasarnya pun melebar. Remaja, golongan mahasiswa, atau kaum dewasa muda terlihat mulai memenuhi sejumlah fitness center. Fitness center tidak lagi menjadi ’daerah jajahan’ mereka yang berusia 40an. Sejumlah fitness center bahkan membuat desain ruangan yang lebih funky atau terus menerus memutar musik keras-keras seperti berada dalam club untuk menegaskan kesan muda.
Bukan Tempat Nongrong
Seperti yang kita ketahui, perkembangan fitness center di negara kita tidak sepesat di negara maju seperti di Amerika. Di negri paman Sam itu, setiap sudut kota terdapat tempat yang menawarkan gym. Meski demikian, kini berolahraga di fifness center tengah menjadi trend di masyarakat Indonesia. Di negara Amerika, tempat fitnes benar-benar di desain khusus untuk fitnes. Jadi, tidak terlihat orang yang datang ke tempat fitnes hanya untuk nongkrong.
Ibaratnya, menenteng tas besar berisi perlengkapan olahraga sudah segaya menjinjing tas tangan mode terbaru. Namun sebenarnya, apa sih yang membuat orang berlomba-lomba menjadi member suatu gym? Ingin punya tubuh bugar atau sekedar gaya-gayaan?
Menurut Pimpinan Body Fitnes, Jeffry, dahulu banyak sekali orang datang ke tempat fitnes hanya untuk nongkrong dan gaya-gayaan. Namun semakin tahun, paradigma tersebut mulai bergeser. Di mana orang-orang yang datang sudah mempunyai tujuan yang benar. Dalam hal ini, mereka menginginkan tubuh yang sehat dan bugar. Namun tetap saja masih ada segelintir orang yang masih menganggap tempat fitnes asik buat nongkrong.
Hal inilah yang membuat Jefrry tidak membuka ruang bagi orang-orang yang masih beranggapan seperti itu. Body Fitnes benar-benar di desain agar orang yang datang benar-benar memanfaatkan waktunya untuk fitnes. Ini bisa dilihat dari tidak adanya tempat atau ruang yang diberikan bagi para member untuk nongkrong. ”Desain ruangan jelas sangat berpengaruh. Jika kita mendesainnya khusus untuk fitnes, maka para member pun akan enggan datang cuma sekedar buat nongkrong,” tukasnya.
Sebenarnya, lanjut Jeffry, jika kita sadar, bahwa nongkrong atau sekedar untuk gaya-gayaan di tempat fitnes itu sangat merugikan. Dalam hal ini kita sudah mengeluarkan biaya, namun tidak mendapatkan hasil yang diinginkan. Jika memang kita mau nongkrong, alangkah baiknya kita datang ke cafe atau ke tempat lainnya. Bukankah sudah disediakan tempat nongkrong. Jadi kalau tempat fitnes dijadikan tempat nongkrong, itu benar-benar tidak efektif.
Kamis
Fitnes Centre, Tempat Kebugaran atau Sekedar Gaya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comment Form under post in blogger/blogspot