Menjelang peringatan hari kemerdekaan ke-63 Indonesia yang lalu, banyak pedagang menaguk untung dengan menjual bendera, tiang bendera, dan pohon pinang. Bisnis dadakan ini pun dilakukan di berbagai tempat, terutama di pinggir jalan yang gampang dilihat orang.
Terdapat puluhan pedagang dadakan seperti tersebut di atas di wilayah Kebon Jeruk dan Kembangan. Mereka sudah menyiapkan segala sesuatunya sejak sekitar 1 bulan sebelumnya. Mereka rata-rata berdagang di sekitar Jalan Outer Ringroad, Jalan Panjang, dan Jalan Meruya Ilir Raya.
Mayoritas bukanlah benar-benar berprofesi sebagai penjual dan pedagang bendera merah putih. Awalnya, profesi mereka juga sangat beragam. Mulai dari penjual rokok, tukang parkir hingga pengangguran.
Bukan hanya menempati satu lokasi saja, seperti para pedagang di ruas Jalan Panjang dan sekitarnya. Ada pula pedagang bendera yang berkeliling dengan gerobak dorong. Mereka berkeliling keluar-masuk perumahan-perumahan atau perkampungan menjajakan ragam ukuran bendera lengkap dengan tiangnya.
”Saat ini kan menjelang 17-an, pasti masyarakat butuh bendera. Dengan begitu, saya hanya memanfaatkan keadaan,” ujar Sofyan (27) yang berjualan di Jalan Panjang.
Menurutnya, ukuran bendera yang dijual sangat beragam. Mulai dari yang berukuran kecil hingga yang besar. ”Saya jualan di tempat ini mulai pukul 8 pagi. Dan lumayan lah, ada saja kendaraan yang berhenti membeli,” ujar Sofyan.
Sementara itu, pedagang bendera yang berkeliling, Heru (30), mengaku dirinya lebih mengambil pembeli dari warga masyarakat yang sudah tidak mempunyai bendera di rumah. Terkadang, mereka lupa menaruh atau memang benderanya sudah tidak layak lagi atau sudah sobek. Dan mereka malas membelinya di pasar atau di jalan. Inilah yang jadi pelanggan saya.
”Hingga saat ini sih, masih belum banyak yang membeli. Mungkin orang-orang masih simpan bendera Agustus-an tahun lalu. Tapi, itu tidak membuat saya putus asa. Rejeki tidak akan kemana,” ujar Heru.
Bicara soal harga, rata-rata harga bendera yang mereka jual berkisar Rp 10 ribu untuk ukuran kecil hingga Rp 25 ribu untuk ukuran besar. Jumlah bendera yang mereka bawa bervariasi, ada yang 100 potong hingga 500 potong dengan ukuran dan motif yang berbeda.
Seperti halnya Heru yang berkeliling dengan membawa sekitar 200 potong bendera plus 50 potong tiang yang sudah di cat bercorak warna merah-putih.
Selain hanya menjual bendera merah putih, menjelang hari raya kemerdekaaan ini, adapula orang yang menyediakan jasa pemasangan bendera dan pernak-perniknya, khusus untuk ruangan atau gedung. Dalam hal ini, mereka menyediakan bendera merah putih, umbul-umbul, dan hiasan gedung serta pernik-pernik kemerdekaan lainnya.
Hampir semuanya menggunakan warna merah putih, walaupun juga disediakan warna lainnya. Harga yang ditawarkan juga bermacam - macam, kisarannya sekitar 300 ribuan untuk hiasan gedung. Sedangkan untuk umbul-umbul, mulai Rp 50 ribu sampai yang paling murah Rp 20 ribu.
Beda dengan penjual bendera yang ada di jalan atau berkeliling di perumahan atau kampung-kampung. Kali ini, penjual bendera dadakan pun terlihat menawarkan bendera di perempatan lampu merah. Seperti yang terlihat di Kedoya.
Bendera yang dijajakan bukanlah bendera seperti biasanya, tapi bendera ukuran mini lengkap dengan tiang dan perekatnya. Bendera ini biasa ditaruh atau dilekatkan di dashboard atau kaca mobil.
Menurut Dede, yang menjual bendera tersebut di Lampu Merah Kedoya, biasanya saya menjual rokok. Tapi karena menjelang 17-an ini sedang ramai penjual bendera, akhirnya saya pun ikut-ikutan. Ternyata, cara ini lumayan efektif. Ini terlihat dengan ramainya pengendara mobil yang mulai mau membeli dan memasang bendera merah putih di dalam kendaraanya,” ungkap Dede.
Pohon Pinang Sepi Pembeli
Selain penjual bendera merah putih dadakan, menjelang agustusan ini, banyak pula pedagang bambu dan pohon pinang. Ini bisa kita lihat di Jalan Outer Ringroad dan sekitarnya.
Namun, puluhan batang pohon pinang yang terpajang itu terlihat masih teronggok. Sepertinya, Agustusan kali ini, pohon pinang kurang diminati masyarakat. Hal ini dikarenakan, harganya yang terbilang mahal. Padahal, tahun-tahun lalu, panjat pinang sempat menjadi primadona. Agustusan tanpa panjat pinang, ibarat sayur tanpa garam.
Aksi panjat pohon pinang biasanya dipakai sebagai atraksi pamungkas perlombaan menyambut HUT Kemerdekaan 17 Agustus. Tak heran, sebab hadiah yang ditawarkan di puncak pohon boleh dibilang lumayan. Para peserta yang ingin memperoleh hadiah, tentu saja harus membentuk tim yang terdiri dari 5-7 orang. Sebelum dipanjat, pohon ini dilumuri terlebih dahulu dengan oli dan gemuk. Di sinilah para peserta saling bahu membahu memanjat pohon meraih hadiah.
Dulu, panjat pinang menjadi hiburan yang paling dinanti-nantikan warga. Namun primadona tujuhbelasan itu kini mulai kehilangan pamornya. Seiring berkembangnya zaman, kedudukannya kini tergeser.
Selain itu, panjat pinang kini tidak harus menggunakan pohon pinang. Saat ini, banyak orang-orang yang menggunakan bambu dengan diameter besar sebagai pengganti pohon pinang. Ini dianggap lebih praktis dan efisien.
”Tahun ini sepi sekali, oleh karena itu, saya tidak menyediakan pohon pinang. Jika memang ada yang memesan, baru saya mengambilnya,” tukas Rahmat yang menggelar dagangannya di Jalan Outer RingRoad.
Lebih jauh Rahmat menuturkan, tahun kemarin masih banyak yang berjualan sepanjangan jalan ini, tapi sekarang tinggal saya sendiri. Karena ada beberapa pedagang yang tergusur akibat pembangunan JORR.
Soal harga, Rahmat menuturkan, mungkin ini salah satu penyebab mengapa pembeli pohon pinang menurun di tahun ini. Sebenarnya, harga per batang pohon pinang yang sudah dirakit itu tidak berbeda jauh dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebatang pohon pinang yang sudah siap pakai dihargai sekitar Rp 400 ribu-Rp 450 ribu. Itu pun sudah termasuk ongkos pasang. Harga itu untuk pohon dengan tinggi sekitar 8 meter.
Sedangkan untuk pohon yang tingginya 7 meter, dia melepasnya dengan harga Rp 300 ribu. ”Sekarang, jual pohon pinang susah sekali. Ada sih yang datang, tapi hanya lihat-lihat dan tanya-tanya aja,” kata Rahmat.
Rabu
Penjual Dadakan di Tujuhbelasan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comment Form under post in blogger/blogspot