Senin

Peresmian Balai Warga Puri Metropolitan


Wahidin Halim, Banyak Masalah di Tangerang

Kondisi wilayah perbatasan sering tidak terurus oleh pemerintah daerah. Bukan karena dilupakan, tapi sering kali koordinasi antar pemerintah daerah terlalu birokratif dan kerap bersilang pendapat.

Sebut saja masalah perbaikan jalan. Sering kali di wilayah perbatasan, jalannya rusak parah dan kemulusannya tidak konsisten. Dalam artian, bila wilayah yang satu mau memperbaiki jalan, tapi wilayah lainnya, belum mau memperbaiki dengan berbagai alasan.

Bukan hanya itu, permasalahan pun bisa melebar sampai bidang pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. Perlu kiranya pemimpin daerah yang bisa menyelesaikan masalah tersebut, tanpa berpikir panjang mengenai birokrasi dan sebagainya. Asal masyarakatnya tidak terbebani dan tidak menjadi korban.

Tangerang sebagai “tetangga” Jakarta, sebentar lagi akan melangsungkan pemilihan walikotanya untuk periode 2008 – 2013. Salah satu kandidatnya adalah H.Wahidin Halim M.Si yang masih menjabat sebagai Walikota Tangerang periode berjalan.

Bertepatan dengan kegiatan tersebut, Wahidin Halim berkesempatan bertemu muka dengan warga Petir, Kamis (24/4). Sekaligus meresmikan Balai Warga RW 08, Kelurahan Petir, yang dibangun dengan dana swadaya masyarakat sekitar.

Pada kesempatan tersebut, dibuka komunikasi antar pemerintah daerah Tangerang yang diwakili Wahidin dan masyarakat. Banyak hal yang disampaikan masyarakat pada saat itu. Mulai masalah banjir di depan Perumahan Puri Metropolitan dan Griya Permata, jalanan berlubang, air PAM, sampai masalah kemacetan di Jembatan Bendungan Polor.
Selain masyarakat sekitar, hadir pula Camat Cipondoh, Drs. H. Syahrudin, Lurah Petir, Jajang Permana, Ketua Cipondoh Center, Rojali SH, dan masing-masing ketua RT dan RW sekelurahan Petir.

Tangerang dan Perda
Seperti diketahui bersama, beberapa waktu lalu, Pemda Tangerang mengeluarkan Peraturan daerah (Perda) yang melarang minuman keras dan pelacuran beredar di Tangerang. Bila dilanggar, akan dikenakan sanksi berupa denda Rp 25 juta atau kurungan selama 3 bulan.

Akibat berlakunya Perda tersebut, Wahidin Halim sempat mencekal penyanyi dang dut Dewi Persik untuk pentas di wilayahnya. Tak pelak, langkahnya tersebut sempat disorot berbagai media massa karena mengundang kontraversi. “Saat ini, banyak yang dukung saya kecuali Dewi Persik,” kata Wahidin Halim dalam kata pembukanya saat peresmian balai warga tersebut.

Kota ini, lanjutnya, adalah kota yang akhlakul karimah. Bukan hanya soal agama, tapi juga moralnya. Makanya, saya mengeluarkan Perda tersebut untuk membuat kota ini lebih bermoral. Berakhlak mulia, ada kasih sayang dengan semua orang.
“Diharapkan semua warga saling hormat menghormati, tanpa cekcok, bisa membangun solidaritas dengan semangat persaudaraan,” ucapnya.

Kota Tangerang dikatakan Wahidin, dinyatakan sebagai kota yang berhasil dalam pembangunan dan telah mendapat penghargaan dari Presiden SBY. Bahkan untuk masalah keuangan, Tangerang masuk dalam peringkat 5 besar di antara kota-kota lain di Indonesia.

Pada saat itu, Wahidin pun berjanji untuk mengatasi permasalahan yang ada di Petir dan sekitarnya. Saat ini, katanya, sudah banyak jalan-jalan yang dicor. Sebanyak 400 sekolah telah dibangun dan tingkat kelulusan pun tidak kalah dengan Jakarta. Nantinya, Jembatan Petir pun akan diperlebar dan ruas jalan akan ditambah menjadi 2 jalur. Lainnya adalah pembangunan Puskesmas dan 1000 Posyandu.

Mengenai banjir yang sering kali terjadi, terutama di depan Komplek Puri Metropoilitan dan Candulan, menurut Wahidin, dananya sudah diajukan ke presiden, tapi belum turun.

“Ada 32 titik rawan banjir di daerah Tangerang. Pemda Tangerang sendiri sudah menganggarkan sekitar Rp 1,2 trilyun untuk mengatasi masalah tersebut. Tapi, dalam masalah ini, jangan saling menyalahkan. Masalah terbesar sebenarnya ada di Kali Angke,” ujarnya.

Kalau menilik lebih jauh lagi, sebenarnya masalah di Tangerang ini masih banyak. Belum masalah kebersihan, penghijauan, air minum, dan terpelik adalah pengangguran.
“Saat ini ada sekitar 11.000 pengangguran di Tangerang. Masalah tersebut perlu segera dientaskan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” terang Wahidin yang sudah 4,5 tahun memerintah Tangerang.

Banjir dan Kualitas Jalan
Wilayah Petir dan sekitarnya sering kali digenangi banjir. Sebut saja di depan Perumahan Puri Metropolitan dan Griya Permata, Candulan, dan di beberapa tempat lainnya. Banyak warga yang mempermasalahkan hal tersebut.

Salah satunya adalah warga Puri Metropolitan, H. Kosim, yang mengatakan bahwa di depan perumahannya sering kali banjir. Dia menyarankan agar kali yang ada di depan perumahannya dinormalisasi atau dilakukan peninggian jalan.

Menanggapi hal tersebut, Wahidin menjawab, kalau masalah banjir, memang susah mengatasinya. Bukan hanya di sini yang sering banjir, di mana-mana juga begitu. Tapi, yang bisa kita lakukan sekarang adalah memperbaiki kualitas jalan.

Itu juga untuk mengatasi kemacetan di daerah sini ketika jam-jam sibuk, lanjutnya. Daerah Candulan, Jembatan Polor, sering dijadikan jalan alternatif warga Tangerang yang ingin beraktifitas ke Jakarta.

Untuk mengatasi hal tersebut, nantinya akan dibangun jalan samping Tol Merak – Jakarta melanjutkan ruas Cikokol – Pinang yang sudah dibuat. Tapi, kita memiliki kendala dengan lahan yang ditempati SMP 15. Kalau jalan itu sudah dibangun, akan bisa mengatasi kemacetan di daerah sini.

Arus kendaraan, terutama motor yang melewati Jembatan Polor memang sangat padat. Apalagi kalau pagi dan sore hari. Karena harus melewati jembatan yang tidak lebar, motor pun harus bergantian melewati jalan tersebut. Akibatnya, menjadi macet dan sering kali menimbulkan cek-cok mulut.

“Dulunya, Jembatan Polor itu dibangun hanya untuk pejalan kaki dan lalu-lalang orang. Bukan untuk motor. Karena sekarang daerah tersebut sudah berubah dari daerah pertanian ke wilayah pemukiman dan lalu lintas pun sudah padat, maka sepertinya sudah tidak kondusif lagi,” ucap Wahidin.

Kalau memang bikin macet, lanjutnya, kita sih maunya jembatan itu diperlebar. Tapi, kan itu berbatasan dengan Jakarta yang mengharuskan kita untuk berkoordinasi. Dan sepertinya Jakarta belum siap untuk itu.

Kemudian mengenai kali yang mengalir di depan Puri Metropolitan, menanggapi pertanyaan warga, itu sebenarnya sudah dikeruk, tapi karena letaknya di perbatasan Jakarta, pengerukan menjadi tidak maksimal.

“Kalo di sini sudah dikeruk, tapi yang mengalir ke Jakarta belum dikeruk, tetap akan terjadi banjir. Selain itu, kali di depan sini kan lebarnya lama-lama mengecil seperti di Juru Mudi dan Tegal Alur,” kata Wahidin.

Masalah Air Bersih

Banyak daerah di Petir yang kualitas airnya tidak begitu baik. Kalau pun ingin mendapat air tanah yang bersih, warga harus menggali cukup dalam. Makanya, warga di sana sangat membutuhkan aliran PAM yang bisa menyediakan air bersih. Namun kendalanya, ternyata ada daerah yang belum terjamah instalasi air PAM.

“Inilah masalahnya. Padahal PAM mengambil airnya dari Kali Cisadane yang ada di Tangerang. Tapi, warga Tangerang sendiri ada yang tidak kebagian air PAM. Namun, perlu juga dipahami bahwa dalam membuat instalasi air PAM itu tidak mudah,” ucap Wahidin.

Terhitung ini bukan pertama kalinya Wahidin Halim menyambangi daerah tersebut. Beberapa waktu yang lalu, Wahidin yang juga pernah menjabat Lurah Pinang, sudah 3 kali mendatangi daerah yang menjadi kantong suaranya ini.

Masyarakat di sini sepertinya percaya dengan kepemimpinannya. Buktinya, di depan Wahidin Halim, mereka sempat membacakan ikrar pernyataan sikap dan kebulatan tekad untuk mendukungnya. Ikrar ini ditandatangi oleh seluruh Ketua RW, RT, dan beberapa organisasi masyarakat lainnya.

Puncak acara diisi dengan penandatangan batu bertulis dan peresmian Balai RW Puri Metropolitan oleh Wahidin Halim. Setelah penyerahan plakat untuk Wahidin Halim, Camat Cipondoh, dan Lurah Petir oleh perwakilan warga, acara ditutup sekitar pukul 23.00.