Oleh: Goenardjoadi Goenawan
Hidup menjadi suatu permainan menarik, yaitu pada saat kita melakukan sesuatu bukan demi kita, namun demi orang lain.
Bagi seseorang yang sudah mendapatkan jiwanya, maka hidup ini menjadi sesuatu yang indah. Apabila dia adalah orang yang suka memimpin, suka membela rakyat seperti Bung Karno, maka hidupnya dibaktikan untuk rakyat, demi rakyat dan dia bisa menjadi pemimpin ulung, hingga disegani oleh negara-negara lain, dan menjadi salah satu pemimpin Gerakan Non Blok, bersama Gamal Abdul Naser, dan Jawaharal Nehru.
Sesungguhnya di dunia ini ada 2 golongan:
1.Golongan yang menganggap bahwa gaji, kekayaan atau uang sebagai haknya. Maka selamanya dia akan merasa serba berkekurangan. Dia akan terus mencatat haknya diambil si A, si B, dia hafal berapa jumlah hutang teman-temannya kepadanya.
2.Golongan yang menganggap bahwa kekayaannya, uangnya, rumahnya sebagai rejeki, sebagai berkat, dan gratis. Sehingga dia akan merasa berkelimpahan dan mendapat rejeki berkelanjutan.
Coba periksa, jam tangan Anda, dapat darimana? Dari beli. Menggunakan uang siapa? Uang sendiri. Uang tersebut dari mana? Dari perusahaan yang membayar gajinya. Pertanyaannya, apakah dia menganggap gaji tersebut sebagai hak atau rejeki?
Banyak orang yang hidup menggunakan jiwanya sebagai pedoman. Menganggap dan memang faktanya menerima segala sesuatu sebagai rejeki pemberian orang lain.
Contohnya, jam tangan dapat dari bonus yang diberikan perusahaan atas prestasinya. Jadi gratis. Handphone yang dipakainya merupakan pemberian dari saudaranya. Jadi gratis karena merupakan rejeki. Bukan hak.
Dengan demikian, bagi orang yang dekat dengan jiwanya, maka setiap hari dia seolah-olah memungut rejeki secara gratis, bukan menuntut haknya.
Dia membayangkan bahwa sebelum dikenal uang, sebelum ditemukannya konsep negara, konsep kapitalisme, maka semua orang hidup di alam bebas dan rejeki tinggal dipungut. Dia bisa memungut apel, durian, apapun yang dia mau pungut.
Demikian juga pada saat seseorang menemukan jiwanya, maka rejeki seolah-olah tinggal memungut. Bagaimana caranya? Dia tinggal menggunakan talentanya. Bagi seorang pembicara seminar, mungkin dia mendapatkan rejeki Rp 10 juta setiap sehari dia menyampaikan seminar. Rejekinya tinggal dipungut. Dia hanya melakukan talenta nya.
Pada saat seseorang menemukan jiwanya, maka pintu rejeki akan terbuka lebar karena dia sudah menyatu dengan alam, mengikuti dunia maka dia akan berada pada jalur yang benar yaitu jalur rejeki mengalir. Pada saat dia menemui teman lamanya, maka pintu kesempatan akan terbuka lebar. Dengan mengikuti dunia, maka setiap hari dia hanya memungut rejeki.
Sungguh mulia Tuhan Sang Pencipta bahwa kita diberi modal hidup yang berkelimpahan yaitu:
1.Kemurnian jiwa kita yang menuntun kita untuk berkarya besar.
2.Talenta pada setiap orang untuk melakukannya sehingga dia menemukan jiwanya, kebahagiannya, dan memungut rejeki secara gratis.
Masalah dalam hidup ini akarnya adalah perasaan orientasi pada diri sendiri atau ego. Dengan demikian, bila kita mampu memindahkan point of view kita dari diri sendiri menjadi pada kepentingan orang lain, maka kita akan memasuki dunia baru, dunia yang mampu kita mengerti, sehingga kita dapat mengendalikan hidup dengan lebih baik.
Bahwa di dunia ini berlaku prinsip keseimbangan Yin dan Yang, yaitu paradoks atau kesimbangan antara tubuh kita (Ego) dan jiwa kita (Hati Nurani). Semakin kita mampu mengerti keseimbangan ini maka kita akan mempu menguasai hidup kita, dan mampu hidup dengan hidup, yaitu hidup dengan mengikuti dunia.
Pada saat orientasi kita pada diri sendiri (Ego) maka kedudukan kita akan dihadapkan melawan dunia, hingga ada pepatah mengatakan bahwa “Dream are for sleeping”, mimpi hanyalah untuk saat kita tidur, bukanlah menjadi kenyataan dalam hidup.
Namun pada saat kita merubah point of view, menjadi orientasi pada kepentingan orang lain, maka kedudukan kita akan menyatu dengan dunia.
Dengan demikian bukan suatu hal yang mustahil untuk mewujudkan mimpi kita, karena kita sudah menyatu dengan menjadi bagian dari dunia sekitar kita, tentunya secara bersama-sama dunia ingin mencapai kesempurnaan, peningkatan, mengambangkan diri, mencapai yang lebih baik.
Pada saat Bung Karno menyerukan “Berdiri di atas kaki sendiri” (Berdikari) atau “Go to hell with your aid” beliau menggerakkan seluruh penduduk Indonesia, karena beliau telah menyatu dengan dunia sekitarnya, kegiatannya dilandasi oleh jiwanya yang bebas kepentingan, dan beliau telah mampu menggeser point of view dari orientasi pada dirinya sendiri menjadi orientasi pada kepentingan orang banyak.
Seorang pengisi acara program TV Animal Planet, Steve Irwin, meninggal pada umur 40 tahun. Sepanjang hidupnya sejak remaja bergelut dengan buaya, karena ayahnya memiliki penangkaran buaya di Australia. Karena dedikasi hidupnya pada binatang reptilia, dan konservasi binatang langka seperti koala, kanguru, wombat, ular dan lain-lain maka hidupnya menjadi kisah acara TV terkenal dan ditonton seluruh dunia. Penangkaran buaya milik ayahnya sekarang dikelola oleh dia, dan menjadi Australian Zoo. Memenangkan award sebagai penarik turisme terbaik seluruh Quensland.
Steve meninggal dunia (September 2006) karena tersengat ekor ikan pari saat mengambil gambar TV mengenai kehidupan laut. Kalau dipikir menurut logika, untuk apa bekerja hanya mencari mati? Namun bagi Steve hidupnya sudah penuh arti, dia telah memberi makna bagi hidupnya, bagi seluruh penduduk Australia, bagi seluruh penduduk dunia untuk mencintai alam, dan binatang-binatang langka.
Baginya mati pun tidak apa-apa, karena semangat hidupnya, makna hidupnya akan terus menyala di hati seluruh penduduk dunia. Roh-nya akan abadi, spiritnya akan abadi, semangatnya akan diingat oleh penduduk dunia.
Senin
Hakekat Hidup, Berkarya dan Kembangkan Talenta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comment Form under post in blogger/blogspot