Utamakan Patient Safety
Seiring tingginya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang mumpuni dan berfasilitas terkini, keberadaan rumah sakit dalam satu wilayah sepertinya sebuah keharusan. Bukan hanya mengandalkan fisiknya yang mentereng, tapi rumah sakit juga harus diimbangi dengan kualitas pelayanan yang prima dan beorientasi pada kesehatan pasien.
Sekitar 2 tahun belakangan, pertumbuhan rumah sakit di Indonesia telah berkembang dengan pesat. Di komunitas kita saja, ada 3 rumah sakit yang terhitung baru berdiri yaitu RS Puri Mandiri Kedoya, RS Royal Taruma, dan terakhir adalah RS Puri Indah.
“Memang, dua tahun belakangan, banyak muncul rumah-rumah sakit baru. Menurut data Dinas Kesehatan Jakarta DKI Jaya, saat ini sudah ada sekitar 105 rumah sakit di Jakarta,” kata Chief Operating Officer RS Puri Indah, dr. Santoso Soeroso SpA(K), MARS.
Saat ini, lanjutnya, kebutuhan masyarakat akan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit sangat tinggi. Banyak rumah sakit swasta didirikan bukan berarti rumah sakit lebih mengutamakan sisi bisnisnya. Rumah sakit pada prinsipnya harus bisa memberikan dan mengutamakan pelayanan medik untuk masyarakat karena itulah fungsi utama rumah sakit.
“Hal yang paling utama dari keberadaan rumah sakit adalah mengupayakan patient safety. Jadi setiap rumah sakit harus mendahulukan kesehatan dan keselamatan pasiennya. Ini sudah dicanangkan WHO sejak tahun 2001,” ucap Santoso Soeroso yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso periode 2002 – 2007.
Sebagai contoh, kata pria kelahiran Magelang, 22 September 1947 ini, RS Puri Indah memiliki banyak fasilitas keselamatan pasien antara lain tombol-tombol emergency di setiap kamar untuk memberi tanda bila ada pasien yang butuh pertolongan segera. Dengan begitu, pihak rumah sakit akan cepat memberi respon.
“Dalam keadaan darurat, sesuai peraturan pemerintah, UGD diharuskan memberi pertolongan terlebih dahulu sementara masalah administratif dan keuangan dapat diselesaikan kemudian. Keduanya bisa diselesaikan belakangan, yang penting pasienya ditolong dulu”.
Meski sudah berpengalaman dan bekerja di beberapa rumah sakit ternama seperti RS Dr. Kariadi Semarang, RS Fatmawati dan RS Sulianti Saroso, mengurus sebuah rumah sakit bagi Santoso Soeroso bukanlah hal yang mudah.
“ Yang perlu terus dibina adalah team work. Hal tersebut sangat penting karena berhubungan dengan integritas dan mutu yang menjadi core value kami. Sebagai sebuah rumah sakit baru, team work yang solid harus dibangun meskipun perlu waktu untuk membinanya,” tutur lulusan Fakultas Kedokteran UNDIP sebagai dokter umum pada tahun 1973 ini.
Seperti para perawat di sini, tambahnya, 75 % dari mereka usianya masih muda namun sudah lama di rekrut sebelum rumah sakit ini dibuka. Karena mereka pernah bekerja di beberapa rumah sakit, mereka pun perlu dibina dan diajarkan lagi bagaimana melayani pasien dengan baik. Kita satukan visi mereka dengan visi rumah sakit Puri Indah.
“Bukan hanya itu, kita pun akan terus berbenah dan mengembangkan RS Puri Indah sebagai rumah sakit tanpa kertas (Paperless Hospital). Kita coba meminimalisir pemakaian kertas dan menggantinya dengan sistem komputer. Rekam medik pasien pun kita lakukan menggunakan komputer,” kata Santoso Soeroso yang pada periode 1998 – 2001 menjabat sebagai Direktur RS Fatmawati.
RS Puri Indah sebenarnya dikembangkan menjadi rumah sakit yang merawat pasien akut (accute hospital care). Kami akan mengembangkan alat-alat bedah berteknologi tinggi.
Salah satu keunggulan yang dikembangkan di RS Puri Indah adalah bedah sayatan minimal (minimally invasive surgery) yang pada tanggal 5 -6 April 2008 ditampilkan melalui live demo laparoscopic surgery bekerja sama dengan RSCM (RS Cipto Mangunkusumo) dan dokter spesialis dari luar negeri.
Bedah sayatan minimal akan berkembang di kemudian hari tidak hanya dikerjakan oleh para spesialis bedah digestif/saluran cerna, tapi juga oleh spesialis lain seperti bedah saluran kemih, bedah kandungan, bedah ortopedik/tulang & sendi, dan bedah saraf.
“Bahkan diramalkan kelak 70% dari seluruh pembedahan akan dilakukan dengan cara ini. “Untuk itu, kami menginvestasikan dalam bentuk pembangunan 5 kamar operasi, 2 di antaranya memenuhi persyaratan sebagai kamar operasi ultra clean, dengan peralatan yang mendukung pelaksanaan bedah sayatan minimal,” jelas Santoso Soeroso.
“Selain itu, kami juga sedang mengembangkan pelayanan single room maternity concept yaitu pelayanan bagi ibu yang akan melahirkan dengan tanpa berpindah ke kamar bersalin. Konsep ini meskipun baru bagi kita di Indonesia, sebenarnya telah dilakukan dan berkembang dengan baik di negara maju,” tambahnya.
Saat ini, Santoso Soeroso, meski terbilang senior citizen, tapi tetap memiliki semangat tinggi untuk memberikan kemampuannya bagi dunia kesehatan. Bapak dari 3 anak dan 1 cucu ini pun tetap optimis dalam menjalani hidupnya.
“Saya akan berusaha sebaik mungkin dalam setiap pekerjaan dan mencoba untuk memahami situasi dengan sebaik-baiknya. Pengalaman saya cukup banyak dalam mengurus rumah sakit dan mengerti berbagai etika yang berlaku di profesi saya ini,” tutup pengagum Bung Karno karena nasionalismenya dalam membangun negara.
Profil
Nama : dr. Santoso Soeroso SpA(K), MARS
Lahir : Magelang, 22 September 1947
Istri : DR.drg. Oediyani, MS
Anak : dr. Adiyatmo Pratomo, Mira Rahmi Adiyanti, ST, Ariatmo Prabowo
Pendidikan
- Dokter Umum : FK UNDIP lulus tahun 1973
- Dokter Spesialis Anak : FK UNDIP lulus tahun 1982
- Dokter Spesialis Anak Konsultan, 1992
- Magister Administrasi Rumah Sakit, FKM-UI lulus tahun 1996
- Pediatric Cardiology : WHO Research Scholarship, University of Lund Sweden 1984-1985
- Pediatric Cardiology : Visiting Research Fellow, The Heart Institute of Japan/Tokyo Women Medical College 1991-1992
- Short Course on Hospital Administration: ADB Scholarship, Ecole Nationale de la Sante Publique (ENSP), Paris, Perancis 1995
- Kursus Reguler Angkatan XXXIII, Lemhanas, 2000
- Short Course on Streghthening of Care Policy and Guidelines for People Living with HIV/AIDS, Mahidol University, Faculty of Public Health, Bangkok, Thailand 2003
Pekerjaan
- Dokter Instalasi Rehabilitasi Pulau Buru, 1974-1975
- Dokter ICU/CCU RS Dr. Kariadi Semarang, 1975-1978
- Residen Kesehatan Anak FK UNDIP, 1978-1982
- Staf Bagian Ilmu Kesehatan Anak RS Dr. Kariadi/FK UNDIP, 1982-1991
- Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RS Dr. Kariadi Semarang, 1991-1996
- Wakil Direktur Umum dan Keuangan RS Dr. Kariadi Semarang, 1996-1998
- Direktur RS Fatmawati, 1998-2001
- Direktur RS Penyakit Infeksi Sulianto Saroso, 2002-2007
- Chief Operating Officer RS Puri Indah, 2008
Rabu
dr. Santoso Soeroso SpA(K), MARS
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comment Form under post in blogger/blogspot