Belum usai krisis minyak tanah karena konversi bahan bakar tersebut menjadi gas, rakyat kini menghadapi masalah lain. Tahu tempe yang merupakan “makanan rakyat” kembali raib di pasaran. Produsen dan pedagang tahu tempe berunjuk rasa memprotes mahalnya harga bahan baku kacang kedelai (Senin, 14/01).
Di Meruya, kalau kita melihat tukang gorengan di pinggir jalan, tempe dan tahu goreng yang biasanya paling banyak dijajakan, nyaris tidak dijual. Kalau pun ada, mereka bilang, “itu sisa stok kemarin. Belum dapat lagi.”
Tempe dan tahu “sisa” itu juga sudah tak berukuran “normal” lagi. Para pedagang tersebut sudah menciutkan. Biar bisa “mengakali” keuntungan. “Kalo ngga begitu, kita ngga dapet untung,” cetus seorang pedagang di persimpangan Perumahan Taman meruya.
Sebelum sampai ke pedagang gorengan, ternyata tempe dan tahu juga sudah “disunat” oleh produsen tahu tempe. Mereka tak tahan dengan harga kedelai yang mencapai Rp300 – 400 ribu per kuintal atau naik 100% (republika.co.id)
Ada apa dengan tahu tempe? Padahal kedua penganan ini bisa dibilang sudah menjadi lauk pokok orang kebanyakan di Indonesia. Selain lebih murah, tahu dan tempe yang memiliki berbagai unsur bermanfaat untuk tubuh, bahkan terlanjur menjadi simbol penganan rakyat miskin.
Inilah yang menjadi masalah. Penganan untuk rakyat miskin. Apa yang dimakan oleh mereka bila tahu tempe menjadi mahal. Belum hilang masalah minyak tanah yang sulit didapat, kini penganan favorit mereka pun terancam punah.
Negara ini sepertinya bukan bertambah baik untuk rakyatnya. Masyarakat malah semakin terancam kehidupannya. Jauh dari kata makmur, sejahtera, dan bahagia secara ekonomi. Negara ini semakin kapitalis, semakin mementingkan orang-orang kaya, tidak peduli dengan jeritan orang-orang miskin.
Pejabat dan pengusaha yang menguasai hajat hidup orang banyak tidak mau pusing lagi memutar otak. Bila ada kesulitan, mereka tak mau ruwet, tinggal naikan harga saja. Mereka tidak mau tahu bila rakyat semakin susah mencari makan.
Bila tahu tempe hilang di pasaran, bila tahu tempe mahal harganya, apa yang bisa menggantikannya? Memang kita bisa menggantinya dengan lauk lain, tapi apa? Apakah penggantinya memiliki kandungan sehebat tahu tempe?
Sepertinya yang menjadi kegemaran rakyat miskin dibuat semakin susah didapat. Minyak tanah, masyarakat harus mengantri panjang, itu pun harganya mahal. Tahu tempe, harganya mahal, dan itu pun ukurannya sudah semakin kecil. Hmmm…
Selasa
Ketika Tahu Tempe Menciut dan Hilang
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comment Form under post in blogger/blogspot