Sabtu

Perbaikan Jalan Duri Kosambi

Meski Sedikit, Tetap Bikin Macet

Macet adalah hal yang wajar di Jakarta. Perbaikan jalan, tambal sulam, bongkar sana-sini juga pemandangan yang tak aneh lagi di ruas jalan ibukota ini. Akibatnya, pemakai jalanlah yang merugi dan hanya bisa gigit jari.

Apalagi kalau lokasi perbaikan jalan tidak memiliki jalan alternarif. Kalau pun ada, bila hanya muat 2 mobil, penumpukkan kendaraan pasti tak terelakan lagi. Terlebih lagi, bila tidak ada papan peringatan kalau di sebuah lokasi sedang ada perbaikan. Pasti semrawut kondisinya!

Seperti yang terjadi di akhir November 2007 kemarin. Bila kita melintas Jalan Duri Kosambi, Cengkareng, sekitar pertigaan ABC dan di depan Perumahan Taman Semanan Indah terlihat sedang ada perbaikan jalan.

Panjang jalan yang diperbaiki relatif tidak seberapa. Tapi, karena jalan tersebut sehari-harinya cukup padat, maka ketika ada perbaikan jalan, kendaraan yang melintas harus rela mengantri cukup lama. Apalagi kalau di jam-jam padat. Cukup parah.

Memang ada jalan alternatif di lokasi tersebut, tapi sepertinya tidak banyak membantu. Karena ruasnya yang tidak begitu lebar dan berliku, kemacetan tetap saja terjadi. Sehingga menyebabkan petugas harus lebih giat mengatur lalu-lintas.

Selain terjadi di Jalan Duri Kosambi yang sedang diperbaiki, kemacetan pun berimbas sampai Jalan Outer Ring Road yang menuju Cengkareng. Banyaknya kendaraan yang ingin berbelok ke arah Semanan adalah penyebab kemacetan tersebut. Terlebih lagi jalan sementara di depan Kantor Pemasaran Taman Semanan Indah ditutup.

Pemerintah mengambil keputusan memperbaiki jalan tersebut karena memang kondisinya yang tidak bagus. Bertahun-tahun jalan tersebut sering kali rusak parah. Hal itu terjadi karena di beberapa titik jalan sering tergenang air atau banjir. Makanya tidak heran bila jalan rusak kembali tak berapa lama setelah diperbaiki.

Agar lebih tahan lama, pemerintah pun memperbaiki jalan dengan cara dicor yang biasanya lebih awet. Tidak seperti aspal yang akan rapuh bila sering tergenang air dalam waktu lama.

“Hampir setiap hari saya lewat jalan ini. Rusaknya sudah bertahun-tahun. Kalo banjir, jalannya akan semakin rusak,” kata Ferdinand yang tinggal di Duri Kosambi.

Selama jalan diperbaiki, tambahnya, ada jalan seperti di depan Taman Semanan Indah yang hanya 1 ruas dibuka. Ruas lainnya diperbaiki sehingga kendaraan harus bergantian jika melewati jalan tersebut.

“Hal ini memang sangat menggangu. Saya sebagai pengguna jalan sering terjebak macet dan terlambat sampai tujuan. Salah satu jalan yang masih rusak terdapat di depan Superindo, Kosambi,” ungkapnya.

Imbasnya
Selain berimbas pada pengguna kendaraan pribadi, perbaikan jalan juga mempengaruhi transportasi umum seperti angkutan kota (angkot). Tidak sedikit sopir angkot yang mengeluh karena jumlah setorannya menurun. Belum lagi keluhan penumpangnya yang bermandi peluh dan tersita waktunya karena macet.

Masalahnya, jalur ini sarat dilalui kendaraan umum dan pribadi. Jumlah angkot juga cukup banyak dan masyarakat di sini banyak yang memanfaatkannya.

Tapi, dengan kemacetan tersebut, tentunya akan menurunkan pendapatan sopir-sopir angkot. Makanya, tak heran bila sopir-sopir angkot mendesak pemerintah cepat-cepat menyelesaikan perbaikan jalan tersebut.

“Pemerintah harus bisa menyelesaikan perbaikan jalan dengan cepat. Kalau tidak, penghasilan kami akan terus menurun. Karena macet, angkot jadi lama di jalan. Ini membuat penumpang lebih memilih naik ojek jika dibanding menunggu angkutan umum,” ujar Rudi.

Berdasarkan sumber yang didapat, Dinas Pekerjaan Umum mencatat jumlah kerusakan jalan di wilayah DKI Jakarta seluas 57.470 m2. Ruas jalan terparah berada di wilayah Jakarta Barat seluas 22.650 m2.

Wilayah lain yang rusak adalah Jakarta Timur seluas 10.900m2, Jakarta Utara 9.900 m2, Jakarta Selatan 9220 m2, dan Jakarta Pusat 4.800 m2. Penyebab banyaknya jalan rusak karena aspal tidak tahan jika terendam air.