Tetap Bertahan Walau Omset Menurun
Jakarta memang kota yang sangat potensial untuk membuka usaha jenis apapun. Peluang itu ditangkap dengan jeli oleh Agustinus Wandow (69), yang hingga kini masih setia membuka usaha batik di Pusat Butik Nusantara Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Bercerita tentang sejarah menjadi pengusaha batik, pria supel ini awalnya tak pernah berpikir untuk terjun di dunia usaha batik. Menurutnya, sejak tahun 1968, Agustinus sudah menjadi pedagang batik di wilayah Tanah Abang. “Sebelum di bongkar dan masih berkonsep pasar tradisional, saya sudah berjualan batik di tempat ini,” tukasnya.
Menurut Agustinus, waktu itu Pasar Tanah Abang belum berbentuk toko atau kios-kios seperti sekarang ini. Bentuknya, masih los panjang dengan atap genteng dan sekat beton. Jadi setiap pedagang harus membawa dagangannya setiap pagi untuk di pajang, dan diangkat kembali pada siang atau sore hari ketika pasar sudah tutup.
Kios batik Agustinus yang bernama Prambanan ini menyediakan batik Pekalongan, Jakarta, Solo, Jogja, dan lainnya. Untuk harganya kompetitif tergantung dari jenis batiknya. “Batik yang ada di tempat ini terbilang murah jika dibandingkan dengan toko batik di luar Pasar Tanah Abang,” tukasnya.
Lebih jauh Agustinus menuturukan, bahwa keadaan Pasar Tanah Abang waktu itu dirasa lebih baik jika dibandingkan saat ini. Di mana pada saat itu, saya sudah mempunyai tempat untuk berjualan dengan luas sekitar 30 meter persegi. Hubungan antara pedagang dengan instansi terkait pun dirasa masih sangat baik. Terlebih hubungan antar sesama pedagang yang sudah terjalin sangat erat.
Pada saat kepemimpinan Gubernur Ali Sadikin ditahun 1971, dilakukan konversi dari pasar tradisional menjadi pasar modern. Bapak dari 5 orang anak ini menuturkan, hampir semua pedagang di Pasar Tanah Abang pada saat itu menyambutnya dengan baik. Semua berharap ini merupakan hal posistif yang bisa membuahkan hasil maksimal bagi para pedagang di Pasar Tanah Abang.
Menurut Agustinus, setelah pembangunan selesai, Pasar Tanah Abang di blok A, B dan C ukurannya sekitar 4 X 4 meter. Sedangkan untuk di blok D ukurannya sekitar 8 meter persegi. Awalnya jumlah kios sebelum pembangunan di blok A, B, C, D, E berkisar 5-6 ribu kios. Namun, setelah dibangun, jumlah kios di blok A saja sudah mencapai 5 ribuan kios. Ini jelas bertambah banyak dan padat.
Harapan hanya tinggal harapan. Jumlah kios yang terlampau banyak membuat Pasar Tanah Abang menjadi semakin padat. Di tambah lagi hubungan antara pedagang dan pengelola pun masih belum padu. Di mana mereka masih mementingkan dirinya masing-masing. “Inilah perubahan pasar Tanah Abang tempo dulu, jika dibandingkan dengan Pasar Tanah Abang saat ini,” tukas Agustinus.
Untuk penjual batik di Tanah Abang, Agustinus menambahkan, fenomena menjamurnya penjual batik ini, terjadi pasca ditetapkannya batik sebagai warisan budaya Indonesia oleh UNESCO, terlebih di Pasar Blok A Tanah Abang Jakarta. “Hal ini pula yang membuat saya mulai sulit untuk bersaing dengan toko lainnya. Selain jumlah pedagang sudah sangat banyak, lokasi yang saya tempati saat ini juga kurang strategis,” aku Agustinus.
Untuk di setiap toko di lantai dua pasar Blok A Tanah Abang, Agustinus mengaku, rata-rata menjual batik dengan beragam model dan motif. Begitupula di lantai lainnya meskipun tidak sebanyak di lantai dua, namun tetap terlihat corak khas batik dalam pakaian wanita, kemeja pria, daster wanita, dan pakaian anak-anak.
Menjamurnya penjual batik di Tanah Abang juga diakui oleh beberapa pedagang batik di sana. Agustinus mengatakan, sekarang banyak penjual apa saja yang beralih menjadi penjual batik. Menurutnya, batik mulai menjamur di Tanah Abang juga terjadi setelah pemerintah mewajibkan setiap pegawai negeri untuk memakai batik di hari Jumat.
Meskipun jualan batik sedang menjadi tren di Tanah Abang, pria berkacamata ini mengaku, penjualan pedagang batik di pasar Tanah Abang rata-rata menurun. “Ya saat ini saya hanya mencoba untuk bertahan saja,” ujar Agustinus.
Bicara soal harapan, pria yang memiliki postur tubuh tinggi ini menuturkan, dirinya masih memunyai keinginan membuka usaha yang serupa di tempat lain. Lebih dari itu, dirinya juga menghimbau kepada semua pedagang di Tanah Abang bisa kembali meciptakan suasana yang baik. Terlebih bisa terjalin hubungan yang baik antara pedagang dengan pengelola. “Kita harus bersama-sama bisa memajukan Pasar Tanah Abang yang sudah di kenal di dalam maupun di luar negri ini,” tutupnya.
Selasa
Agustinus Wandow
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comment Form under post in blogger/blogspot