“Aduh pak, gimana ya mendorong supaya anak saya mau belajar. Dia itu malas banget, udah di kerasin, dilembutin nggak mempan juga. Anak saya itu kalau tidak ada saya tidak mau belajar.”
“Gimana ya, Pak supaya anak saya senang belajar?”
“Pak, saya bingung. Gimana ya, supaya anak saya bisa mandiri dalam mengerjakan PR-PR nya, saya udah kehabisan akal.”
Bagi anak kata “belajar” seringkali merupakan kata yang ingin dihindari, dijauhi dan bahkan dimusuhi. Tidak bisa dipungkiri, banyak anak yang mengalami demikian, bahkan mungkin anak kita sendiri mengalaminya. Mengapa demikian? Karena seringkali pengalaman mereka dalam belajar bukanlah pengalaman yang menyenangkan, tapi justru menyeramkan, menyakitkan dan bahkan menakutkan.
Betapa tidak, “belajar” seringkali diasosiasikan dengan pengalaman dimarahi, dipukul, atau bahkan “dilecehkan secara verbal”. Oleh karena itu, pantaslah apabila anak-anak ingin menghindarinya sejauh mungkin dan jelaslah mengapa anak-anak tidak suka belajar. Mungkin kita sendiri sebagai orangtua, bisa mengingat kembali pengalaman kita sendiri sewaktu masih anak-anak. Jangan-jangan kitapun mengalami hal yang sama? Lalu, kalau begitu, jika kita ingin anak kita senang belajar, berarti jawabannya adalah kita perlu menciptakan pengalaman yang menyenangkan dalam belajar.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa masalah belajar, bukanlah masalah kemampuan, tetapi masalah persepsi. Bahkan berdasarkan pengalaman penulis di meja konseling, kebanyakan didapati masalah belajar adalah masalah persepsi, walau ada juga karena masalah kemampuan. Pada prinsipnya jauh lebih penting membentuk anak yang senang belajar daripada mendorong anak untuk memiliki prestasi yang tinggi.
Anak-anak yang terpaksa belajar walaupun memiliki prestasi yang tinggi, biasanya tidak akan bertahan lama. Sedangkan anak-anak yang senang belajar akan sanggup mengembangkan dirinya sendiri dan sangat mempengaruhi kesuksesan dirinya di masa yang akan datang. Sekarang pertanyaannya adalah bagaimana agar pengalaman belajar bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan sehingga anak-anak termotivasi untuk melakukannya.
Berikut ini, ada beberapa tips agar orangtua bisa mendampingi anak-anaknya dalam belajar:
1.Berikanlah teladan yang baik.
Pertama-tama, anak-anak perlu cermin atau teladan akan perilaku yang mereka bisa tiru. Apabila Anda ingin anak Anda senang belajar, sebaiknya Andapun juga mengembangkan kebiasaan senang belajar. Misalnya Anda memiliki kebiasaan membaca, kebiasaan untuk berdiskusi dan bertanya jawab. Akan sangat sulit meminta anak Anda senang belajar, jika Anda sendiri bukanlah orang yang senang belajar, tapi lebih senang nonton TV. Bahkan bila perlu pada waktu belajar, maka orangtua pun tidak menonton TV.
2.Sikap yang positif dan suportif dari orangtua
Penting bagi orangtua memeriksa diri apakah ia seorang yang positif dan suportif bagi anaknya. Karena kalau Anda adalah orangtua yang seringkali mengeluh, mengkritik dan memarahi anak dalam belajar, maka kemungkinan besar anak Anda akan menangkap pesan bahwa Anda memiliki sikap yang negatif terhadapnya. Akibatnya, anak akan mengembangkan sikap yang negatif juga, baik terhadap Anda maupun materi pelajaran. Fokuskan kata-kata Anda pada hal-hal positif yang berkembang pada diri anak Anda dan bukan sebaliknya. Berikanlah kata-kata penguatan yang positif, pujian bahkan hadiah apabila anak Anda berhasil menunjukkan suatu usaha atau perkembangan yang positif sesegara mungkin, terutama setelah anak menunjukkan perubahan yang positif.
3.Bantulah anak untuk memilih waktu belajar yang tepat.
Jangan meminta anak untuk belajar, kalau kondisinya lagi capek, ngantuk atau marah-marah. Kondisi fisik yang lemah dan emosi yang meninggi akan menyulitkan anak untuk konsentrasi. Begitu juga apabila anak baru pulang sekolah atau sehabis bermain, jangan langsung memintanya untuk belajar. Biasanya perlu waktu bagi anak-anak untuk menyesuaikan tubuhnya, matanya, serta hatinya untuk masuk dalam kondisi belajar. Kondisi setelah mandi atau istirahat/tidur siang bisa merupakan pilihan waktu belajar yang tepat untuk anak. Namun demikian, masing-masing anak akan berbeda satu dengan yang lainnya, oleh karena itu, carilah waktu yang cocok untuk anak anda.
4.Ciptakanlah suasana belajar yang menyenangkan di rumah.
Berdasarkan hasil penelitian, otak akan bekerja dengan optimal apabila berada dalam kondisi yang nyaman, menyenangkan dan menyegarkan. Oleh karena itu, ciptakanlah kondisi ruangan, tempat belajar yang nyaman untuk belajar. Biasakanlah untuk belajar tidak di tempat tidur, tapi ada tempat tersendiri yang dipersiapkan. Karena tempat tidur sering dipersepsikan oleh tubuh sebagai tempat untuk tidur, akibatnya tidak heran apabila tempat tidur juga jadi tempat belajar maka tubuh akan cepat ngantuk sehingga bukan belajar tapi malah tertidur. Ciptakan meja belajar yang menarik dan nyaman, penerangan yang cukup, bahkan gunakanlah musik untuk meningkatkan rasa nyaman dalam belajar.
5.Kenalilah gaya belajar Anak.
Kenalilah gaya belajar anak Anda apakah AUDITORI (belajar dengan cara mendengarkan), VISUAL (belajar dengan cara melihat) ATAUKAH KINESTETIK (belajar dengan cara melakukan). Apabila anak Anda belajar dengan cara yang tidak sesuai dengan gaya belajarnya maka akan sulit bagi anak Anda mencerna bahan pelajaran. Jangan paksakan anak Anda belajar di luar dari keunikan gaya belajarnya.
6.Berikanlah jeda waktu dalam belajar
Berikanlah jeda waktu setelah anak Anda belajar selama 20 menit, karena anak-anak biasanya sanggup konsentrasi penuh selama 20 menit daripada terus menerus belajar selama 1 jam tanpa istirahat. Setelah istirahat selama kira-kira 1-2 menit daya konsentrasi anak-anak akan kembali penuh. Kalau dipaksa belajar terus tanpa jeda waktu, anak-anak akan jenuh dan menurun daya konsentrasinya.
7.Bantulah anak untuk mendapatkan rasa berhasil dalam mengerjakan tugas-tugasnya.
Anak-anak perlu merasa berhasil dalam melakukan tugas-tugasnya, karena hanya anak-anak yang merasa berhasillah yang akan terus termotivasi untuk belajar. Kalau kebanyakan yang muncul adalah perasaan tidak bisa, perasaan bodoh (karena mungkin sering dikatakan “bodoh” atau “tidak becus”) maka anak-anak jelas akan cenderung menolak belajar. Lalu bagaimana caranya agar orangtua bisa menolong anak-anaknya memiliki rasa berhasil? Misalnya: pada saat orangtua mendampingi anaknya belajar untuk mengerjakan tugas, mintalah anak untuk mengerjakan soal-soal yang mudah terlebih dahulu. Anak-anak akan lebih termotivasi untuk mengerjakan soal-soal yang berikutnya, karena dia merasa dirinya berhasil mengerjakan tugas. Lalu bagaimana dengan soal-soal yang sulit? Prinsipnya sama, bantu anak memiliki pengalaman berhasil menyelesaikan soal-soal yang sulit. Satu kali, dua kali, tiga kali dst, apabila telah beberapa kali anak berhasil melakukannya, maka anak akan mempersepsikan bahwa dirinya sanggup menyelesaikan persoalan yang sulit sekalipun.
Hamizar, M.Si., Psi.
Pusat Konseling & Pelatihan IPEKA
Kamis
Mendampingi Anak Belajar Di Rumah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comment Form under post in blogger/blogspot