Jumat

Gado-gado Boplo


Nikmatnya Menu Tradisional di Restoran

Westernisasi banyak menyeret orang untuk mengikuti gaya hidup serba cepat. Termasuk dalam hal makanan yang kita konsumsi. Meski disinyalir tidak baik untuk kesehatan, menu cepat saji malah semakin menyeret orang untuk menggemarinya.

Akibatnya, menu-menu tradisional yang notebene lebih sehat dari menu cepat saji tersebut, malah semakin terpendam. Terpinggirkan hanya di warung-warung kecil, bukan di restoran besar berfasilitas mewah.

Sebut saja gado-gado atau karedok. Kedua menu tradisional tersebut, jarang sekali disajikan di restoran. Malah lebih banyak dijual di ujung gang perkampungan atau di pinggir jalan besar yang ramai kendaraan.

Padahal, kalau disajikan dengan istimewa dan terjamin kebersihannya, tidak sedikit orang yang menggemarinya. Apalagi kalau resepnya unik dan memiliki cita rasa yang berbeda dengan lainnya.

Tersebutlah Juliana Hartono (64) yang mengemban misi mengangkat makanan tradisional menjadi bagian dari menu-menu restoran. Wanita kelahiran Jakarta, 7 Juli 1944 ini memulai usahanya dengan menjual gado-gado di rumahnya di bilangan Kebon Sirih.

Sekarang, dengan dibantu dua anaknya, Calvin dan Vera, Juliana Hartono sudah memiliki 8 restoran dan beberapa gerai food court dengan nama Gado-gado Boplo. Dalam waktu dekat, restorannya pun akan di buka di daerah Serpong dengan luas sekitar 1400 m2.

Gado-gado Boplo mulai didirikan sekitar tahun 70-an di rumah Juliana yang sederhana. “Waktu itu, umur saya sekitar 2 tahun,” kenang Calvin Hartono yang ditemui di restorannya di Perumahan Greenville.

Ibu saya, lanjutnya, benar-benar memulai usaha ini dari nol. Dia memulainya dari warung kecil di gang padat penduduk. Tapi di sini, dia punya rasa nasionalis yang kuat dan ingin mengembangkan makanan tradisional.

Nama Gado-gado Boplo sendiri baru dikenalkan setelah pindah dari Kebon Sirih ke Jalan Wahid Hasyim. Nama itu tadinya diambil dari nama sebuah apotik, tapi belakangan di ketahui kalau nama tersebut adalah nama real estate Belanda dengan nama NV De Bouwploeg, perusahaan real estate yang membangun Nieuw Gondangdia (Gondangdia Baru) yang kemudian berkembang menjadi kawasan Menteng.

Oleh lidah masyarakat pribumi, Bouwploeg pun disebut Boplo. “Dulunya, kawasan real estate tersebut ingin membangun kawasan Menteng seperti yang ada di Den Haag, Belanda,” jelas Calvin.

Satu di antara beberapa restoran Gado-gado Boplo berada di komunitas kita. Lokasinya berada di jajaran rumah makan dan kafe di Perumahan Greenville. “Restoran di sini baru dibuka sekitar April 2008 setelah yang ada di Panglima Polim,” kata Calvin.

Konsep restoran dibuat minimalis dengan interior dominan berwarna coklat tua. Di atas meja makan, digantung lampu-lampu memanjang berwarna merah.

Tersedia berbagai menu selain gado-gado. Seperti karedok, rujak juhi, lontong sayur, nasi timbel, nasi rames, nasi gudeg, berbagai olahan mie-bihun-kwetiauw, sop, sate, soto, dan sebagainya.

“Kami mulai menyajikan menu lain selain gado-gado sekitar tahun 80-an. Waktu itu, kami menambah menu goreng-gorengan. Kemudian pada tahun 2000, baru menyajikan menu Betawi seperti laksa, nasi kuning, dan nasi rames,” ujar Calvin.

Satu hal yang selalu didengungkan Gado-gado Boplo adalah konsumsi makanan sehat. Dengan banyak menyajikan menu sayur-sayuran, tubuh kita menjadi lebih sehat. “Seperti menu-menu yang disajikan di sini,” ungkap Calvin.

Gado-gado
Mungkin seluruh masyarakat Jakarta sudah tidak asing lagi dengan gado-gado. Hampir semua orang pasti pernah merasakanya. Namun, menu berbahan sayur-sayuran dan kacang ini, menjadi berbeda ketika kita merasakannya di Gado-gado Boplo.

Pasalnya, satu yang membuatnya lain adalah campuran kacang mede di antara bumbu-bumbu kacang tanahnya. Sayuran yang ada di menu ini tidak lain adalah campuran toge, bayam, kacang panjang, kol, dan daun selada. Lainnya adalah kerupuk udang dan emping serta taburan bawang goreng.

Rasanya berbeda dengan gado-gado biasa karena campuran kacang mede tersebut. Bumbu kacang pun bisa dicampur langsung dengan sayuran atau dipisahkan. Tergantung selera penikmatnya.

Menu istimewa lain dari rumah makan ini adalah Nasi Rawon Komplit. Selain setumpuk nasi putih, lauk pauknya tersedia krecek, potongan daging ayam, daging rendang, telor, kentang pedes yang dipotong-potong sebesar dadu, dan orek tempe.

Rasanya cukup menawan. Cita rasa rempah-rempahnya sangat terasa, terutama rasa kayu manisnya. Inilah yang membuat nikmat. Apalagi kalau dicampur dengan sambal terasi yang memang disandingkan dalam menu ini.

Kemudian menu lain yang memang jagoan di Gado-gado Boplo adalah Sop Buntut. Disajikan dengan steampot, Sop Buntut ini menggiurkan lidah dengan aromanya. Disantap selagi hangat bersama potongan wortel dan kentang, menu ini cukup menyegarkan.

Potongan dagingnya pun cukup empuk dan bumbu-bumbu khasnya meresap ke dalam daging tersebut. Sehabis menikmati sop buntut ini, dijamin tubuh akan kembali segar.
Di samping menu makanan, Gado-gado Boplo pun menyediakan minuman yang bermanfaat buat kesehatan tubuh. Anda bisa memilih Jus Sanapis yang merupakan campuran dari sayur sawi, nanas, dan jeruk nipis.

Minuman ini sangat bermanfaat untuk membersihkan usus dan pembuluh darah serta menurunkan kadar kolesterol. Rasanya segar meski sedikit asam. “Minuman ini banyak yang memesan setelah teh,” ujar Calvin.

Setelah puas dengan menu-menu di atas, restoran yang buka setiap hari dari pukul 09.00 – 22.00 ini pun menjajakan snack/jajanan tradisional. Snack asal Cirebon ini sengaja diambil dari UKM (Usaha Kecil Menengah) di daerah tersebut. Jajanan kacang-kacangan, kremes, manisan ceremai, dan sebagainya ini dijual dengan kisaran Rp 1500 – 20.000.

Buat yang ingin bertandang, saat ini Gado-gado Boplo memiliki promo dengan nama “Magic Stamp”. Setiap pembelian senilai Rp 50 ribu akan mendapatkan 1 stamp yang bila dikumpulkan sebanyak 10 stamp, akan mendapatkan voucher senilai Rp 50 ribu.