Berawal Dari Wedang Ronde
Sederhana sosok kita yang satu ini. Padahal dialah pemilik sebuah tempat makan yang sekarang ini sedang naik daun karena sandwich-nya. Hidupnya sekarang jauh berbeda, baik dari segi materil maupun falsafah hidupnya. Dia lebih “membumi” dan jauh dari “mendewakan” uang.
Setelah keterpurukan usaha garmennya beberapa tahun lalu, kini Yuyung Harjanto mampu bangkit dari himpitan ekonomi. Dia telah berhasil merintis usaha rumah makan yang diberi nama Kedai Kopi Sandwich Bakar dengan jumlah karyawan lebih dari 100 orang.
Keberhasilannya boleh dibilang fenomenal. Pasalnya, Yuyung hanya bermodalkan warung tenda seluas 3 X 4 m dengan 3 meja. Itu pun menurut dia, banyak peralatan yang pinjam dengan teman. Kemudian bapak 3 anak ini juga tidak menunggu lama untuk sukses. Di bawah 5 tahun, dia sudah bisa pindah ke ruko yang dulunya ada di belakang warung tendanya.
“Dulu saya berdagang di depan ruko milik teman saya ini. Dia berbaik hati mengijinkan saya berdagang di depan rukonya. Setelah 8 bulan, saya pindah ke ruko ini dan naik ke lantai 1 setelah 1 tahun,” kata Yuyung.
Tidak sampai di situ, Yuyung dengan sandwich bakar-nya pun mampu mengalahkan pesaingnya. Seperti diketahui, sepanjang Jalan Pesanggrahan dekat Pasar Puri di mana kedai kopi Yuyung berada, terdapat banyak sekali tempat makan. Beberapa di antaranya ada yang tutup karena ketatnya persaingan. Tapi, Sandwich Bakar malah semakin berkibar dan sekarang sudah membuka cabangnya di Kelapa Gading.
Pengunjungnya pun terus bertambah dan datang dari seantero Jakarta. Lihat saja setiap akhir minggu, tempat makan ini pasti sarat pengunjung. Sebagian besar anak-anak muda yang akrab dengan sandwich. Tapi, ada juga orang tua yang ingin bersantap sambil membawa anak-anaknya.
Berawal dari Wedang Ronde
Siapa sangka kalau awal mula Sandwich Bakar itu dari wedang ronde. Yuyung senang sekali penganan tradisional Indonesia ini. Dia sering mencobanya di berbagai tempat. Bila dirasa enak, dia menyuruh istrinya, Sritini, untuk membuatnya.
Setelah beberapa kali mencoba membuatnya, kurang lebih selama 6 bulanan, Yuyung baru mendapat resep jitunya. Dia pun menyuruh teman-temannya mencoba wedang ronde buatan istrinya.
“Waktu itu, teman-teman saya bilang cukup enak. Ngga tau bener apa ngga, namanya temen kan sering bilang enak, meski rasa sebenarnya tidak begitu,” cerita Yuyung.
Dari situ, lelaki kelahiran Bandung ini pun merasa punya modal untuk memulai usaha. Tapi, dia bingung, mau jualan di mana? Sedangkan dia tidak punya uang dan bangkrut. Usaha garmennya yang sudah dirintis selama 23 tahun pailit. Tahun 2002, dia menjadi penganggur selama kurang lebih 8 bulan.
Untungnya, Yuyung masih punya teman yang memberinya pekerjaan. Dia coba bekerja lagi, tapi kini bekerja dengan orang lain. Bukan sebagai pemilik perusahaan.
Bisa dibayangkan, betapa besar dilema hidup yang dialami Yuyung. Biasa jadi bos, tapi waktu itu, dia harus menjadi karyawan. Belum lagi masalah kebiasaan hidup yang dulunya enak, tapi saat itu, ia harus menerima takdir hidup serba kekurangan.
“Sebenarnya waktu itu, tidak terlalu kaget dengan perubahan ekonomi saya. Tapi, saya tidak enak dengan anak istri. Meski begitu, untungnya mereka sangat mendukung saya,” cerita Yuyung.
Walaupun sudah bekerja, namun masalah Yuyung tidak berhenti sampai di situ. Dia masih punya hutang banyak dan kebutuhan keluarganya pun tak kunjung terpenuhi. Di tengah gundahnya, ada orang yang memberinya nasehat,”Kalau mau buka usaha, jangan cari yang jauh-jauh tetapi cari yang dekat-dekat saja.”
Nah, mulai dari situ, Yuyung berpikir kenapa ngga coba dagang wedang ronde yang menjadi kesukaannya. Meski sebenarnya tidak ada minat sedikit pun berbisnis di bidang makanan, Yuyung yakin kalau usahanya akan berhasil.
Inovasi
Setelah membuka warung tendanya, ada teman yang menyarankan Yuyung untuk tidak hanya menjual wedang ronde. Temannya bilang, kenapa ngga jual roti bakar, misalnya.
“Saran teman saya itu memang saya ikuti. Tapi, saya ingin yang inovatif dan tidak sama dengan penjual roti bakar pinggir jalan lainnya. Saya juga ingin memberikan pelayanan yang baik,” ucap Yuyung.
Dari dulu, ketika masih memiliki usaha garmen, Yuyung memang selalu ingin tampil beda. Makanya, dia pun berpikir, dari pada roti bakar, kenapa ngga membuat sandwich bakar. Isinya pun tidak biasa, bukan hanya roti dan telur, tapi ada taste Indonesianya.
“Untuk itu, saya pun melakukan inovasi membuat sandwich bakar dengan isi kornet, ikan, sapi lada hitam, dan lainnya yang sekarang sampai 12 varian. Begitu juga dengan wedang ronde, saya mencobanya dengan campuran duren, coklat, dan lainnya,” ujar Yuyung.
Alhasil, ternyata banyak orang yang suka dengan sandwich bakar dan wedang ronde Yuyung. Banyak orang yang rela mengantri sampai 1 jam untuk menikmati sandwich bakar Yuyung yang kini sudah dipatenkan.
Melihat animo masyarakat yang tinggi, dia pun akhirnya memindahkan lokasi warung tendanya ke ruko. Sejak saat itu, usahanya bertambah maju dan malah sekarang banyak yang mengikuti jejaknya. Berjualan sandwich bakar yang notabene hasil karyanya.
“Kalau memang banyak yang mengikuti jejak saya, tidak masalah. Tidak peduli bila banyak orang yang meniru, saya akan tetap jalan terus. Ambil nilai positifnya aja. Kalo begitu kan, bisa membuka lapangan kerja buat orang lain,” cetusnya.
Uang Bukan Segalanya
Banyak hikmah yang bisa dipetik dari pengalaman Yuyung Harjanto. Menurutnya, kita harus bekerja keras dan yang terpenting mau melakukan. Banyak orang yang ingin, tapi tidak melakukannya. Akhirnya orang itu tidak berhasil.
“Seperti saya ketika memulai bisnis ini. Meskipun jabatan saya manajer, tapi saya tidak malu harus membakar roti di pinggir jalan. Memang ada sedikit rasa malu, tapi saya akan lebih malu kalau saya harus terus pinjam uang sama orang,” katanya.
Belum lagi rasa capenya, lanjut dia, waktu itu, badan saya terasa sangat cape dan lelah harus bekerja keras. Kaki saya sering terasa terbang saking capenya. Tapi, itulah perjuangan saya dan harus dijalani.
Saat ini, Yuyung sangat bersyukur bisa bangkit kembali dan melakukan yang lebih baik untuk keluarganya. Sekarang, dia pun merubah pola pikir dan cara berbisnisnya. Kalau dulu hanya memikirkan keuntungan semata, kini uang bukanlah segalanya.
“Saya tidak ingin senang sendiri. Saya ingin berbuat yang terbaik buat orang lain. Posisi saya dihadapan karyawan pun bukan sebagai atasan dan bawahan, tapi saya ingin menjadi bapak buat mereka,” ujarnya.
Dalam setiap rapat, tambahnya, saya pun sering memberikan nilai-nilai kehidupan yang baik buat mereka. Biar mereka juga bisa berbagi dengan orang lain.
Hanya satu cita-cita yang ingin diwujudkan Yuyung. Dia ingin memanfaatkan waktunya untuk berbuat yang terbaik buat orang lain dalam hal apa pun. Mengenai pengembangan Sandwich Bakar, dia serahkan pada Tuhan.
“Saya tidak mau ngoyo. Kalau Tuhan mau kasih, kita pasti dapat,” tutupnya.
Rabu
Yuyung Harjanto, Pemilik Kedai Kopi Sandwich Bakar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comment Form under post in blogger/blogspot