Daerah Kembangan Utara merupakan lokasi yang terkena banjir terparah di komunitas kita. Di sana, sebagian besar wilayahnya terendam banjir. Bahkan, kantor kecamatannya pun tergenang sampai setengah meter.
“Bukan salah bunda mengandung”, tapi daerah Kembangan Utara merupakan dataran rendah yang dilalui Kali Angke, Kali Pesanggrahan, dan Kali Sepak. Beberapa daerah yang dilewati kali tersebut, Jumat (1/2) kemarin terendam banjir. Sebut saja seperti Perumahan Taman Permata Buana, Kampung Basmol, dan Perumahan BTN Kembangan.
Menanggapi masalah banjir di komunitas kita, Camat Kembangan Sjaiful Bachri menuturkan, wilayah Kembangan memang terbilang sangat rawan bencana banjir. Kecamatan ini terdiri dari 6 kelurahan dan Kelurahan Kembangan Utara yang sangat rawan bencana banjir.
“Bisa dikatakan, wilayah Kembangan Utara hampir setiap tahun terkena banjir,” kata Sjaiful.
Ada beberapa hal yang menyebabkan Kembangan Utara sering dilanda banjir. Selain ketiga kali tersebut di atas, belum adanya semacam pintu air yang berfungsi mengendalikan debit air, juga menjadi salah satu penyebab banjir.
“Padahal air kiriman dari Curug melalui Banten yang menuju Kali Angke hanya berkisar setengah jam. Karena tidak ada pengendalinya, air akan mengalir dengan deras ke tempat ini,” ujar Sjaiful.
Hal ini jelas berbeda dengan wilayah lainnya seperti di pusat dan timur Jakarta. Di wilayah tersebut terdapat pintu air Manggarai yang berfungsi mengontrol debit air. “Hal inilah yang belum ada di wilayah Jakarta Barat. Padahal ini sangat penting untuk memberi informasi pada warga agar segera siap atau siaga mengantisipasi banjir,” ungkap Sjaiful.
Untuk mengantisipasi banjir yang selalu datang, menurut Sjaiful, sebenarnya warga Kembangan sudah melakukan kerja bakti membersihkan saluran-saluran got yang tersumbat. Hal ini melibatkan semua unsur mulai dari tingkat kecamatan, kelurahan, RW, RT dan organisasi-organisasi masyarakat yang ada.
“Tapi, karena Kembangan merupakan wilayah yang rendah, pasti terkena banjir. Namun jika hal itu datang, kami tidak hanya tinggal diam. Kami sudah menyiapkan prasarana dan sarana seperti perahu karet, getek, dan ban bekas. Setiap kelurahan minimal harus mempersiapkan sekitar 20 ban bekas dan 2 perahu getek. Sedangkan jika dibutuhkan, kecamatan juga menyediakan 2 buah perahu karet,” jelas Sjaiful.
Sementara itu, meskipun Kantor Kecamatan Kembangan terendam banjir setinggi setengah meter, ternyata pelayanan pada masyarakat tetap berjalan. “Kami mengalihkan pelayanan masyarakat di posko banjir yang terdapat di RW 03,” ucap Sjaiful.
Dengan begitu, tambahnya, selain bisa memberikan layanan pada masyarakat, hal ini juga berfungsi untuk mengontrol warga yang mengungsi. Sekaligus mendata warga yang sakit dan bahkan jika ada yang meninggal dunia.
Bantuan
Meskipun wilayahnya terkena banjir, tapi warga Perumahan Taman Permata Buana masih memiliki kemampuan membantu korban banjir. Pasalnya, Minggu (3/2) lalu, mereka menggelar pengobatan gratis massal bagi warga korban banjir di sembilan rukun warga (RW) di Kelurahan Kembangan Utara.
Masyarakat berbagai usia datang ke lokasi pengobatan yang dilakukan di samping kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Jakarta Barat. Kebanyakan dari mereka mengeluhkan kondisi kesehatannya.
‘’Warga yang datang ke sini diperkirakan lebih dari 1000 warga. Mereka memeriksakan kesehatannya karena banjir bukan hanya menyebabkan kerusakan materil, tapi juga daya tahan tubuh warga yang terkena banjir,’’ kata Lurah Kembangan Utara Wowo Gandasaputra.
Wowo juga mengatakan pengobatan massal ini merupakan rangkaian penanganan paska banjir. Setelah pengobatan, katanya, akan ada fogging massal dan kerja bhakti massal untuk merehabilitasi lingkungan.
Sebelumnya, atau pada hari pertama banjir, warga Permata Buana juga sudah menyalurkan bantuan berupa 2.000 kilogram beras, dan makanan instan lainnya. “Aksi sosial ini merupakan sumbangan warga di sini buat warga sekitar yang terkena banjir,” kata Ipul Pulunggoni, ketua RW 09 Taman Permata Buana dan kordinator aksi sosial
‘’Kebetulan, di sini bermukim 14 dokter. Kami meminta mereka terlibat, dan tidak satu pun yang keberatan. ‘’Kami juga mendapat tambahan dua dokter dan 12 anggota paramedis dari Universitas Tarumanagara,’’ tambahnya.
Sedangkan untuk obat-obatan, lanjut Pulunggono, masyarakat bekerja sama dengan pihak apotek. Pihak apotek sepakat memberikan obat-obatan yang diperlukan.
Korban
Seperti yang dilansir dari situs Berita Jakarta, banjir yang menggenangi hampir seluruh wilayah di Jakarta Barat, mengakibatkan satu orang meninggal dunia, dua orang hilang, dan satu orang mengalami luka-luka sehingga harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan intensif.
Berdasarkan data yang diterima Posko Banjir Pemkot Jakarta Barat, warga yang meninggal dunia adalah Poniyem (50), warga RT 010/04 Kembangan Utara. Ia tewas tenggelam dan terbawa derasnya arus air yang terjadi akibat hujan lebih dari 12 jam sejak Kamis (31/1) malam hingga Jumat (1/2) siang tadi. Mayatnya ditemukan warga tidak jauh dari rumahnya.
Sementara itu, korban lainnya yakni Fahmi (3), warga RT 01/06 Kelurahan Joglo, tubuhnya terlepas dari genggaman ibunya saat banjir melanda pemukimannya dan terseret arus.
Sedangkan satu korban hilang lainnya adalah Yu Yarnel, warga RT 014/02 Kelurahan Kotabambu Utara. Ia juga dinyatakan hilang setelah terbawa arus air, dan hingga pukul 17.00 WIB belum ditemukan.
Sementara, Lutfi, warga Jatipulo, hilang saat banjir melanda pemukimannya. Namun, setelah dilakukan pencarian, ia ditemukan dalam keadaan selamat.
Rabu
Kembangan Butuh Pintu Air
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comment Form under post in blogger/blogspot