Warga Taman Aries yang terdiri dari jemaat GKI Taman Aries dan Majelis Ta’lim, bekerja sama dengan pihak Kelurahan Meruya Utara dan Sudin Kebersihan Jakarta Barat sosialisasikan Biopori untuk mengatasi sampah dan banjir yang terjadi beberapa waktu lalu.
Banyak sekali faktor yang menyebabkan datangnya banjir. Selain masalah sampah, faktor utama penyebab banjir adalah penggunaan lahan terbuka tanpa menyisakan daerah resapan air. Sehingga yang terjadi adalah air hujan yang seharusnya dapat diserap tanah, malah menggenang hingga terjadi banjir.
Ada teknologi tepat guna dan ramah lingkungan yang dapat mengatasi masalah itu yang disebut BIOPORI. Dengan teknologi ini, banjir dan masalah yang berhubungan dengan lingkungan akan dapat diminimalisir.
Menyadari hal tersebut, GKI dan Majelis Ta’lim di lingkungan Perumahan Taman Aries, mengadakan penyuluhan yang digelar di Kelurahan Meruya Utara, Sabtu, 5 April lalu. Dalam seminar tersebut hadir pula Lurah Meruya Utara dan Sudin Kebersihan Jakarta Barat. Sedangkan pembicara adalah dari Tim Biopori IPB dan juga Universitas Trisakti.
Menurut Wirawan, salah seorang panitia yang juga anggota GKI Taman Aries, penyuluhan mengenai Biopori ini diadakan agar banjir yang terjadi beberapa waktu lalu tidak terjadi lagi. Wirawan juga mengharapkan penyuluhan ini dapat menjalin kerja sama antar warga dan tentu saja mendapat dukungan dari semua intansi terkait.
“Saya berharap setelah penyuluhan, pihak RW dapat memberdayakan warga untuk melaksanakan program Biopori serta memantau kegiatan tersebut di setiap RT,” kata Wirawan.
Dengan menjalani program Biopori tersebut maka warga tidak perlu khawatir bila musim hujan datang, karena tanah akan lebih mudah menyerap air hujan. Sedangkan di musim kemarau, air yang diserap tersebut akan menjadi cadangan sehingga dapat terhindar dari bahaya kekeringan.
Lubang Resapan Air Biopori (LRB)
Lubang Resapan Air Biopori (LRB) adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 - 30 cm. Kedalamannya sekitar 100 cm atau tidak melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang kemudian diisi sampah organik untuk mendorong terbentuknya biopori. Biopori adalah pori berbentuk liang (terowongan kecil) yang dibentuk oleh aktivitas fauna tanah atau akar tanaman.
Keunggulan dan Manfaat
Lubang Resapan Air Biopori adalah teknologi tepat guna ramah lingkungan untuk mengatasi banjir dan sampah dengan cara meningkatkan daya resap air, mengubah sampah organik menjadi kompos, memanfaatkan peran aktifitas fauna tanah dan akar tanaman, mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air (seperti penyakit demam berdarah dan malaria), menjaga kelestarian air bawah tanah, dan sebagai carbon sink untuk membantu mencegah terjadinya pemanasan global.
Lokasi Pembuatan
Lubang Resapan Air Biopori dapat dibuat di dasar saluran yang semula dibuat untuk membuang air hujan di dasar alur yang dibuat sekeliling batang pohon atau batas taman.
Cara Pembuatan LRB :
1. Buat lubang silindris ke dalam tanah dengan diameter 10 cm, kedalaman sekitar 100 cm atau jangan melampaui kedalaman air tanah pada dasar saluran atau alur yang telah dibuat. Jarak 50-100 cm.
2. Mulut lubang dapat diperkuat dengan adukan semen selebar 2-3 cm dengan ketebalan 2 cm di sekeliling mulut lubang.
3. Segera isi lubang LRB dengan sampah organik yang berasal dari sisa tanaman yang dihasilkan dari dedaunan pohon, pangkasan rumput dari halaman atau sampah dapur.
4. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya sudah berkurang dan menyusut karena proses pelapukan.
5. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang.
Jumlah LRB yang Disarankan
Banyak lubang perlu dibuat dapat dihitung menggunakan persamaan :
Jumlah LRB :
Intensitas hujan (mm/jam) x Luas bidang kedap (m2)
Laju peresapan air perlubang (liter/jam)
Sebagai contoh, untuk daerah dengan intensitas hujan 50 mm/jam (hujan lebat), dengan laju peresapan air per lubang 3 liter/menit (180 liter/jam) pada 100 m2 bidang kedap perlu dibuat sebanyak (50 X 100) : 180 = 28 lubang.
Bila lubang yang dibuat berdiameter 10 cm dengan kedalaman 100 cm, setiap lubang dapat menampung 7,8 liter sampah organik, berarti tiap lubang dapat diisi sampah organik dapur 2-3 hari. Dengan demikian 28 lubang baru dapat dipenuhi sampah organik yang dihasilkan selama 56 – 84 hari, dimana dalam kurun waktu tersebut lubang perlu diisi kembali.
Biaya yang Diperlukan
Pembuatan LRB akan dipermudah dengan menggunakan bor tanah yang telah disesuaikan untuk keperluan peresapan air dengan pendekatan biopori seharga @ Rp 175.000. Bila 1 lubang dapat dibuat dalam waktu 8 menit dan setiap rumah tangga perlu membuat 30 LRB, maka pembuatan akan selesai dalam waktu 240 menit (4 jam), atau setara dengan ½ hari orang kerja (Rp 25.000).
Bila setiap rumah tangga ingin memiliki bor tanah sendiri, maka total biaya yang diperlukan adalah Rp 200.000. Biaya tersebut akan dapat berkurang bila 1 bor tanah dimiliki bersama oleh beberapa orang.
Selasa
Atasi Banjir dengan Biopori
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comment Form under post in blogger/blogspot