Di saat angin berembus cukup kencang, baling-baling bambu pun akan berputar seperti roda. Bentuknya yang bulat, dengan aneka warna membuat benda ini sangat di sukai anak-anak.
Anak-anak di desa biasanya membuat baling-baling dari daun kelapa. Setelah baling-baling jadi, biasanya mereka akan memegang dan membawa lari baling-baling tersebut hingga berputar melawan arah angin.
Bersamaan dengan datangnya hembusan angin, puluhan baling-baling yang berada di pinggir jalan Kemnggisan, tepatnya di depan gang Panta berputar dan berbunyi. Suaranya menyerupai dengungan ribuan pasukan lebah. Semakin kencang terjangan angin, semakin keras pula suara yang dihasilkan dari getaran baling-baling bambu tersebut.
Di jaman yang semakin modern dan canggih seperti saat ini, mainan anak-anak jaman waktu kita kecil dulu sudah sangat sulit didapat. Selain ketinggalan jaman, anak-anak pun cenderung mulai tidak menyukainya dengan alasan tidak canggih atau kurang menarik.
Meski begitu, ternyata masih ada lelaki tua bernama Mahmun yang mau melestarikan mainan sederhana ini. Pastinya Anda mengenal salah satu mainan yang sangat sederhana seperti baling-baling bambu.
Berawal satu tahun yang lalu, pembuat baling-baling bambu, Mahmun sedang asik duduk di depan teras rumahnya. Saat itu dirinya melihat ada baling-baling yang sudah usang menempel di depan rumahnya. Entah siapa yang menaruh baling-baling tersebut di tempat itu. Dengan rasa penasaran, Mahmun pun segera mengambilnya dan membongkar baling-baling tersebut.
Rasa penasaran pun berganti menjadi rasa puas. Mahmun merasa bahwa pembuatan baling-baling ini dilakukan dengan sangat sederhana sekali. Bahkan dirinya pun merasa mampu untuk membuat yang lebih baik dan lebih bagus dari baling-baling yang di pegangnnya saat itu.
Tak mau tunggu lama, Mahmun pun segera mencari dan membeli bahan-bahan pembuat baling-baling tersebut. Mulai dari bambu, kertas karton, lem, cat, sedotan, plastik dan gelas atau botol bekas air minum kemasan.
Satu per satu baling-baling selesai dibuatnya. Mulai dari yang sangat sederhana hingga yang paling rumit. Sebut saja, yang paling mudah hanya dengan membuat satu buah baling-baling dengan bambunya. Sedangkan ada beberapa baling-baling yang pembuatannya membutuhkan kesabaran. Baik ketika membuat lubang baling-baling hingga mengukur diameter baling-baling hingga sama dan seimbang.
Menurut Mahmun, baling-baling buatannya sangat di gandrungi anak-anak. Selain bentuknya yang menarik, ketika angin mulai bertiup, ratusan baling-baling yang terpajang di depan rumahnya serentak berputar. Ini yang terkadang membuat orang tertarik dengan baling-baling ini. Bahkan, tidak jarang ada pengendara yang berhenti guna sekedar melihat-lihat atau langsung membelinya.
” Biasanya yang datang ke tempat ini adalah anak-anak yang baru pulang sekolah. Mereka beramai-ramai membeli baling-baling guna dimainkan di sekolah atau di rumahnya masing-masing,” tukasnya.
Bicara soal harga, Mahmun menuturkan, harga untuk 1 buah baling-baling terbilang sangat murah. Untuk satu buah baling-baling yang terbuat dari kertas karton, dirinya hanya menjual dengan harga Rp 1000. Namun untuk baling-baling yang terbuat dari plastik atau karet dijual dengan harga Rp 2000-3000. ”Saya tidak terlalu mematok harga. Terkadang, ada anak-anak yang membeli baling-baling yang bagus dengan harga Rp 5000 per 3 buah,” ujarnya.
Terpenting, tambahnya, hasil karya yang saya buat masih dihargai orang lain. Ini sudah membuat saya senang. Selain anak-anak yang menggemarinya, suatu ketika ada produser film yang datang ke tempat ini. Beliau mengatakan ingin membeli sebagian baling-baling yang ada di tempat ini. Baling-baling tersebut nantinya akan digunakan dalam shooting film tersebut.
”Namun hingga saat ini saya belum tahu film apa yang menggunakan baling-baling buatan saya,” ucap Mahmun sambil tersenyum.
Bicara soal keinginan, Mahmun menuturkan, ingin terus membuat baling-baling hingga dirinya tidak lagi mampu membuatnya. Namun dirinya juga ada perasaan takut, jika nanti dirinya sudah tidak mampu lagi membuat baling-baling sederhana ini. Apakah masih ada orang yang mau membuatnya ? tanya Mahmun.
Terpenting saat ini, dirinya akan selalu berkarya. Dalam hal ini, hampir setiap hari Mahmun membuat baling-baling. Bahkan menurutnya, setiap hari Mahmun mampu membuat sekitar 20-30 baling-baling. Walau tidak sampai habis terjual, dirinya merasa puas setelah hasil karyanya selesai.
"Saya paling senang membuatkan mainan untuk anak-anak," kata Mahmun
yang juga sering mengajari para pembeli membuat baling-baling sederhana. Sebenarnya tidak sulit membuat baling-baling ini. Yang jelas, saat ini orang-orang mulai malas dan meninggalkan mainan yang kuno seperti baling-baling ini.
Dirinya juga mengatakan, bagi orangtua yang ingin merayakan hari ulang tahun anak-anaknya. Mahmun pun siap membuat baling-baling yang nantinya bisa dijadikan souvenir anak-anak yang datang pada acara ulang tahun tersebut.
Bukan itu saja, baling-baling ini juga bisa menghiasi ruangan atau area sekitar perayaan berlangsung. ”Ya, jika memang ada yang ingin memesan baling-baling dalam jumlah besar, alangkah baiknya jika jauh-jauh hari sudah menghubungi saya,” pintanya.
Minggu
Baling-Baling Bambu, Tetap Berputar di Jaman Modern
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comment Form under post in blogger/blogspot