Rabu

Pinjamin Dong, Mainannya...

Mau berbagi merupakan ketrampilan sosialisasi yang penting. Anak mesti sudah diajari sejak balita.

Pusing deh, kalau setiap kali bermain dengan teman sebayanya, balita kita selalu rebut-rebutan mainan. Bahkan tak jarang berakhir dengan tangisan dan jeritan. Entah itu dari tangisan si kecil, atau temannya. Kapan sih, mereka bisa rukun dan berbagi mainan?

Sabar, Bu. Bagi sebagian balita, berbagi mainan atau makanan saat bermain dengan teman-temannya, memang bisa timbul secara alami. Namun sebagian besar balita, berbagi (sharing) adalah hal yang paling sulit dilakukan. Padahal, ini merupakan ketrampilan penting bagi anak ketika ia mulai bersosialisasi.

Survival Instinct
Tidak mau berbagi sebenarnya merupakan insting bertahan hidup (survival instinct) yang secara alami ada pada balita. Insting ini membuat ia mempertahankan apa yang dimilikinya. Ia khawatir jika memberikan sesuatu kepada anak lain, ia tak akan memperolehnya kembali. Jadi ia akan mempertahankan ibu, mainan, atau makanannya, dan akan marah jika diminta berbagi apa yang dimilikinya kepada orang lain.

Balita biasanya punya dua masalah dalam berbagi. Pertama, membagikan mainannya kepada anak lain. Bagi balita, mainan atau apapun benda miliknya adalah sesuatu yang sangat berharga. Apalagi jika benda itu sudah menemaninya sejak bayi. Membiarkan anak lain meminjam atau bermain dengan mainannya akan membuat balita panik.

Jadi sebaiknya orangtua jangan mencoba membujuknya berbagi benda itu dengan temannya. Jika ia bermain bersama anak lain, lebih baik sembunyikan benda 'wasiat' itu dan berikan benda-benda lain yang nilainya kurang berharga bagi si kecil.

Kedua, menginginkan mainan anak lain, Merebut, mengambil atau berupaya memiliki mainan anak lain itu normal bagi balita. Namun bukan berarti orang tua boleh membiarkannya. Anak perlu diberitahu bahwa ia tidak boleh mengambil barang milik orang lain.

Butuh Waktu
Mau berbagi waktu merupakan bekal agar nantinya balita punya tatakrama yang baik. Dan mengajari balita agar mau berbagi tetap harus dilakukan orangtua, meski butuh waktu lama. Balita yang tak mau berbagi, atau suka mengambil mainan temannya dan tak mau mengembalikan, tidak akan disukai teman-temannya. Saat masuk preschool, bisa-bisa ia mesti tinggal lebih lama di kelas yang sama.

Dengan mengajari balita untuk berbagi, ia akan menyadari bahwa berbagi adalah tindakan positif yang menimbulkan akibat yang menyenangkan, membuatnya punya lebih banyak teman, dan tidak akan kehilangan mainan.

"Cara yang paling efektif mengajari anak berbagi adalah dengan memberikan contoh padanya," ujar Sri Rahayu, Psi. "Misalnya saat makan. Kita bisa membagikan sendok, garpu, potongan telur, daging atau buah secara merata kepada anak. Lalu jelaskan mengapa kita melakukan hal itu. Dengan melihat sikap dan perilaku orangtuanya, anak akan mengikuti perilaku itu."

Mengajari berbagi tak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Bisa berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Karena saat balita, anak sedang dalam proses mengurangi sifat egosentrisnya. Jadi, yang juga sangat dibutuhkan orangtua adalah kesabaran. Jangan berharap terlalu banyak bahwa anak mesti mengerti mengapa ia harus berbagi.

Saat perebutan mainan, misal karena si kecil merebut mainan temannya, jangan segera memutuskan menghukum si kecil dan memberikan mainan pada temannya. Ini akan membuat anak merasa diperlakukan tidak adil, sekalipun apa yang dilakukannya itu salah. Lihat dulu penyebab perebutan mainan itu. Baru kemudian memutuskan bagaimana harus bersikap. Dengan begitu anak sekaligus belajar bagaimana menyelesaikan masalah sendiri.

Kebanyakan orang tua akan menyalahkan anaknya sendiri dan memutuskan memberikan mainan itu pada temannya. "Namun sebaiknya, orang tua menunggu reaksi anak dulu. Sebab dengan begitu anak akhirnya malah mau mengalah," kata psikolog di Essa Consulting ini.

Jika mainan yang diperebutkan adalah milik si kecil, orangtua mesti memperhatikan hak anak. Jangan sampai anak menafsirkan ”berbagi” dengan ”mengalah’, dan menerima kejadian itu tanpa melakukan apa-apa. "Jadi, dalam mengajarkan berbagi, pengaruh peran orangtua sangat besar."

Membacakan buku cerita yang menanamkan nilai-nilai moral merupakan salah satu cara yang bisa dicoba. Sebab biasanya anak-anak menyukai tokoh-tokoh yang baik hati. Orangtua bisa menyelipkan ajaran tentang berbagi. Bisa pula saat makan, cobalah berbagi makanan dengan si kecil. Orangtua bisa mengambil sedikit makanan dari piring anak sambil berkata, "Mama dikasih ya, makanan Adek. Enak nih, kayaknya."

10 Tips Berbagi
1. Beri balita kesempatan bersosialisasi dengan anak-anak seusianya. Atau undanglah teman yang punya anak sebaya untuk berkunjung ke rumah.
2. Carikan mainan yang bisa dimainkan bersama. Misalnya, puzzle, balok-balok, mainan beragam miniatur binatang.
3. Berikan pujian jika anak mau berbagi.
4. Tunjukan contoh berbagi dalam kehidupan sehari-hari.
5. Ajari anak menawarkan makanan seperti biskuit, kue, atau penganan lain saat ada tamu.
6. Jangan terlalu berharap anak akan segera bisa berbagi. Banyak anak di usia 5-6 tahun pun masih harus diingatkan agar mau berbagi.
7. Jangan memarahi atau menghukum anak jika ia tidak mau berbagi.
8. Jangan memaksa anak berbagi terutama benda-benda yang sangat disayanginya. Ini akan menyebabkan harga diri anak terluka.
9. Untuk menghindari perebutan mainan kesayangan anak, usahakan tidak menaruhnya di tempat terbuka saat ada kunjungan saudara atau teman yang membawa balita.
10. Lakukan sambil bermain agar anak merasa nyaman dan senang. (Disarikan dari tulisan Alfarini Busel).