Rabu

Liputan Usaha Mainan Anak

Didominasi Produk Impor

Kasih anak-anak mainan apa saja, dia pasti akan senang. Rasa ingin tahu anak membuat mainan tersebut istimewa. Tapi, bagaimana dengan higienitas dan sisi keamanannya? Apakah kita sebagai orang tua memerhatikannya?


Belakangan ini telah banyak tempat penjualan mainan anak di komunitas kita. Mereka tersebar di mal, pasar, atau toko pinggir jalan, bahkan di emperan jalan. Produk yang ditawarkan pun bermacam-macam. Ada yang dibuat di dalam negeri, tapi ada juga yang sengaja diimpor dari China, Thailand, atau Singapura.

Banyaknya pasangan muda yang tinggal di perumahan-perumahan di komunitas kita, membuat bisnis ini tumbuh subur. Harapan para pengusaha tersebut, masyarakat akan memiliki anak dan pasti kebutuhan mainan anak akan meninggi.

Seperti yang dikemukan Pemilik Kiora World, David, wilayah kita ini memiliki pangsa pasar yang sangat terbuka lebar bagi pengusaha bisnis mainan anak-anak. Terlebih nanti sekitar 1 - 2 tahun lagi, khususnya untuk bayi. Apalagi di wilayah ini banyak sekali pasangan muda yang baru menikah dan akan mempunyai bayi. Ini membuat kebutuhan perlengkapan dan mainan bayi semakin tinggi.

Pendapat serupa juga dikemukan Pemilik Kidz World, William. Menurutnya, di wilayah kita ini, peluang bisnis mainan dan perlengkapan anak-anak masih terbuka lebar. Terlebih di tempat saya ini. Semakin tahun, semakin berkembang.

“Toko saya pun terlihat semakin sesak. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya produk yang saya sediakan. Biar pelanggan tidak kecewa dan masyarakat bisa mendapatkan apa yang mereka cari,” ungkapnya.

Tidak berbeda dengan kedua pendapat di atas. Menurut Pemilik Pertiwi Jaya, Sayuti, bicara bisnis mainan anak di wilayah kita ini, peluangnya masih terbuka lebar. Wilayah ini setiap tahunnya semakin berkembang. Terpenting adalah selalu memberikan layanan yang terbaik pada konsumen.

“Jangan pernah emosi jika menghadapi konsumen. Memang terkadang ada juga konsumen yang menawar harga sangat jauh dengan modal yang kita keluarkan. Namun biar bagaimana pun kita harus sabar dan selalu senyum,” ujarnya.

Bila kita membutuhkan mainan, entah untuk anak sendiri atau orang lain, ada baiknya kita memperhatikan kegunaannya. Hindari membeli mainan asal murah dan bagus, tapi perhatikan juga fungsi dan manfaat dari mainan tersebut.

“Biasanya, para orangtua tidak asal-asalan membeli mainan. Mereka akan memperhatikan benar-benar kegunaan dari mainan tersebut. Seperti rumah barby, ini bukan hanya sekedar mainan, tapi anak bisa merasa senang dengan bentuknya yang unik dan warnanya yang mencolok. Anak-anak juga bisa lebih kreatif,” kata Pengelola Rumah Barby, Rohman.

Dengan mainan ini, lanjutnya, anak-anak bisa langsung menyusun perlengkapan atau perabotan seperti letak kasur, lemari, meja makan dan lainnya, selayaknya rumah sungguhan. Ini secara tidak langsung membuat anak-anak lebih kreatif.

Hal terpenting dari mainan anak adalah nilai edukasinya. Untuk harga, bisa belakangan. “Namun, sebagai orang tua, kita juga harus menyesuaikan dengan umur anak. Misalnya, untuk anak balita yang cocok diberikan mainan yang berfungsi untuk menggerakan motorik mereka guna mengenal sesuatu,” ucap David.

Seperti yang kita ketahui, bahwa sekolah saat ini sudah mulai berkembang. Keberaadaan mainan yang sifatnya membantu perkembangan pun sangat penting untuk anak-anak.

“Sebagai orang tua kita memang harus selektif dalam memilih mainan untuk anak-anak. Kita harus melihat fungsi mainan tersebut. Usahakan membeli mainan yang bisa membantu melatih motorik anak-anak. Jadi, jangan hanya membeli mainan yang sama sekali tidak mengandung nilai edukasinya,” ujar William.

Tapi, selain orang tua, para pengusaha mainan anak pun sebenarnya bisa menjadi filter terhadap mainan-mainan yang memiliki dampak negatif. Jangan hanya ingin untung banyak, tapi tidak memerhatikan dampak buruknya.

“Saya bukan pemain baru dalam bisnis perlengkapan dan mainan anak-anak. Sudah hampir sekitar 13 tahun saya bergelut dalam bisnis ini. Sebagai pengusaha, kita tidak boleh asal-asal menyediakan produk untuk konsumen. Terlebih soal mainan anak-anak. Selain memikirkan kegunaan, pilihlah barang-barang yang tidak berdampak negatif terhadap anak-anak,” ucap Lidya.

Sebagai orangtua, tambahnya, kita pun harus bisa memilih mainan yang sifatnya membantu perkembangan mereka. Jika perlu, berikan mainan-mainan yang seperti menyusun, memasang atau apapun yang membuat anak-anak bisa berpikir.

Untuk saya sendiri, kata Sayuti, saya tidak akan mau menjual mainan yang berdampak negatif pada anak-anak. Terlebih mainan yang membahayakan. Seperti waktu itu, ada mainan jenis tembakan yang pelurunya dari plastik. Menurut saya itu sangat bahaya sekali dan saya tidak membeli dan menjualnya di toko ini.

“Sebagai pengusaha yang bergelut dalam bisnis mainan anak, kita juga harus benar-benar menyediakan produk yang aman dan minim dampak negatifnya. Terlebih kita sendiri juga mempunyai anak. Jadi, jangan main-main dengan hal itu. Jika memang tahu bisa berdampak negatif pada konsumen, lebih baik jangan menjualnya. Apalagi mainan yang bisa menggangu kesehatan anak,” ungkap William.

Dampak Negatif
Tentunya, orang tua ketika membelikan mainan untuk anaknya karena alasan kasih sayang. Saat anak senang , orang tua pun ikut gembira. Apalagi kalau mainan yang dibeli orang tuanya dipegang terus, dimainkan sampai lupa waktu.
Tapi, kalu begitu, bukannya mainan anak malah memberi efek negatif? Anak jadi lupa waktu dan bisa terus bermain sepanjang waktu.

“Tergantung dari orang tuanya. Biar pun mainan edukatif, jika si anak bermain tanpa mengenal waktu, juga mempunyai dampak yang negatif. Misalnya, jika anak-anak terus bermain, dia akan keasikan dan bisa melupakan pekerjaan rumah (PR) yang diberikan sekolah. Jadi, sebagai orang tua kita harus pintar-pintar membagi waktu agar anak-anak bisa bermain secara teratur,” kata David.

Menurut William, jika sebagai orang tua bisa memberikan dan mengontrol mainan pada anak-anaknya, saya rasa tidak ada dampak negatif. Selain orang tua harus benar-benar memilih mainan yang cocok buat anak-anaknya, berikanlah waktu untuk mendampingi anak-anak ketika bermain. Itu membuat mereka menjadi nyaman.

Sebenarnya semua hal pasti ada dampak negatifnya. Tergantung dari diri kita sendiri. Bagaimana menyikapinya. Salah satunya adalah dengan jangan membeli mainan yang tidak berguna sama sekali. Sebab banyak anak-anak yang hanya terpengaruh dengan model dan trend. Setelah beberapa waktu mainan tersebut tidak lagi digunakan.

“Ini berdampak pada menumpuknya barang-barang yang tidak terpakai. Ini menjadi salah satu dampak negatif mainan. Jadi alangkah baiknya jika terlebih dahulu memikirkan fungsi dan kegunaan sebelum membeli mainan untuk anak-anak,” kata Lidya.

Lokal Atau Impor
Banyaknya produk mainan anak-anak di pasaran tidak terlepas dari banyaknya kebutuhan akan produk tersebut. Sehingga hal ini memicu para pengusaha untuk mengimpor mainan anak yang katanya lebih berkualitas atau harganya yang bisa lebih murah.

Tapi, beberapa waktu yang lalu, mainan anak yang diimpor dari China dilansir membahayakan kesehatan anak. Padahal sebagian besar produk mainan yang dijual diambil dari negeri ini. Pada tahun 2006, China menjual setidaknya 22 miliar jenis mainan ke pasar dunia, atau sekitar 60 persen dari total mainan anak-anak di dunia.

“Sebenarnya, mainan lokal cenderung lebih aman. Namun, tidak bisa disangkal jika produk lokal juga mempunyai kekurangan dalam bentuk dan model. Sedangkan produk luar seperti dari China selalu menciptakan model dan bentuk yang baru sehingga lebih bervariasi,” ucap David.

Karena sebab inilah, lanjutnya, produk mainan impor lebih mendominasi pasar dibanding produk lokal. Kita sebagai pengusaha mainan, tentunya harus membeli produk yang mempunyai tingkat keamanan yang tinggi. Sebagai orangtua, kita juga harus lebih memikirkan kegunaan mainan yang dibeli. Apakah mainan yang dibeli bisa membantu perkembangan anak atau sebaliknya.

Namun, menurut William, produk kita sebenarnya tidak kalah dengan produk luar. Tapi, imej orang kita saja yang selalu membanggakan produk luar dibanding produk negara sendiri. Padahal masih banyak produk kita yang tidak kalah baik dan bagus dari produk negara lain.

Industri mainan anak lokal sudah bertahun-tahun mengalami kemunduran. Kalah bersaing dengan produk-produk impor. Masa kejayaan produk lokal, menurut data Asosiasi Pengusaha Mainan Indonesia (APMI), terjadi pada 1998-1999 yang rata-rata ekspornya mencapai US$300 juta.

Tapi, sejak tahun 2000, ekspor merosot tajam menjadi US$200 juta. Tidak berhenti sampai di situ, tahun 2001-2002 ekspor hanya mampu bertengger pada kisaran US$100 juta. Akhirnya, banyak perusahaan mainan anak tutup dan banyak investor asing yang hengkang.

Menurut Lidya, memang ada beberapa perusahaan besar pembuatan mainan-mainan anak. Tapi, banyak yang bangkrut. Penyebabnya adalah kenaikan BBM dan maraknya produk-produk impor di negara ini.

“Sebenarnya kualitas produk lokal masih bisa bersaing. Namun dari model dan jumlahnya mungkin kita kalah. Lihat saja di toko saya. Ada beberapa produk lokal yang memang tidak kalah dengan produk impor. Jika hanya liat dengan kasat mata, konsumen akan mengira kalau ini adalah produk impor. Padahal ini adalah produk lokal yang model dan kualitasnya cukup bagus,” ungkapnya.

Bukan karena kualitas atau segi keamanan saja, masyarakat ternyata juga melihat harga. Banyak masyarakat yang memilih mainan karena faktor ini.

Bicara produk lokal atau impor, menurut Sayuti, itu sama-sama penting. Sebab, tidak semua konsumen yang selalu mencari produk impor. Ada juga yang lebih melihat harga barang. Mereka lebih cari yang sedikit murah dibanding produk impor yang harganya sedikit lebih mahal. Namun jika bicara kualitas, memang produk impor masih lebih bagus jika dibanding lokal.

Pornografi
Sebagian besar toko mainan anak yang berada di komunitas kita memang lebih banyak menjual mainan anak impor dari pada lokal. Mereka kebanyakan mengimpornya dari China. Hanya satu tempat yang menjual mainan anak hasil karya bangsa sendiri. Tempat ini menjual rumah Barby yang biasanya disukai anak perempuan.

Di wilayah Jakarta Barat sendiri, belum ada tempat yang menyediakan rumah Barby dengan bahan triplek. Rumah barby bisa terjual sekitar 60 unit perbulan. Bahkan jika hari-hari tertentu seperti saat liburan sekolah, penjualan bisa mencapai 75-80 unit per bulan.

Kemudian untuk lokasinya, sebagian besar menempati ruko-ruko di pinggir jalan atau mal. Bahkan ada pula yang sengaja mendekati konsumennya dengan mengambil lokasi berjualan di perumahan-perumahan.

Mereka bersaing dengan menawarkan pelayanan maksimal. Seperti menyediakan layanan antar jemput yang sering kali dibutuhkan warga perumahan yang malas keluar rumah.
Dari sisi harga, mereka juga terus berusaha menyodorkan harga yang kompetitif. Ada yang menyatakan harga grosir sehingga lebih murah dari harga eceran. Atau ada pula yang berusaha menghilangkan imej mainan yang dijual di mal, lebih bagus dari mainan yang dijual di toko pinggir jalan.

Tapi, yang terpenting adalah bagaimana menjaga anak-anak agar tidak mendapat mainan yang merusak pikiran dan kesehatan. Orang tua harus benar-benar selektif memilih mainan untuk anak-anaknya dan memantaunya.

Jangan sampai anak-anak mendapat mainan yang tidak baik. Mengandung unsur pornografi, misalnya. Seperti yang terjadi di Banyuwangi. Seorang anak mendapat mainan korek api yang ada senternya. Ketika senter dinyalakan di tembok, tampak wanita berbusana minim, bahkan bugil.

Bahkan, di Pekanbaru, ada yang lebih gila lagi. Ada orang yang menghadiahkan CD berisi wanita berbusana minim dan bugil kepada anak-anak. CD tersebut diberikan sebagai hadiah karena membeli mainan seharga 500 perak.