Sabtu

Nikmatnya Soto Betawi Pak Kumis

Soto betawi adalah salah satu jenis makanan berkuah yang lumrah ditemui di seantero Jakarta. Kuahnya berwarna kuning atau kuning kecoklatan. Rasanya yang segar membuat Soto Betawi terkenal dengan rasa bumbu rempah-rempahnya.


Seperti halnya soto yang disajikan Soto Betawi Pak Kumis yang terletak di Jalan Haji Saba, Jakarta Barat. Jika Anda dari arah Kampus Mercu Buana menuju Ciledug melalui Jalan H saba, rumah makan ini terletak di sebelah kanan jalan, sekitar 100 meter setelah pertigaan Jalan H Saba.

Salah satu ciri rumah makan tersebut, bangunannya menggunakan tenda berwarna merah dengan tulisan ”Soto Betawi Pak Kumis”. Banyak orang makan di tempat ini, terutama pada jam-jam makan siang. Rumah makan ini sering menjadi salah satu tempat pelepas perut yang keroncongan karena banyaknya karyawan-karyawan yang berkantor di sepanjang wilayah tersebut.

Rasa penasaran saya pun timbul setiap kali berangkat dari kantor melalui jalan itu, dan melihat kerumunan orang yang makan. Rumah makan yang ramai artinya menyajikan makanan enak. Saya pun tambah penasaran karena kabarnya, pelanggan soto betawi ini adalah para karyawan sebuah media infotaiment. ”Banyak karyawan Cek & Ricek yang sering makan di sini. Dari karyawan biasa hingga bos-bosnya pun suka mampir ke sini,” tukas Pemilik Warung Soto Betawi Pak Kumis, Nidih.

Jadilah, Selasa (13/1) lalu, saya sengaja tidak sarapan di rumah untuk menjajal soto betawi kegemaran banyak orang itu. Ternyata, bagian dalam rumah makan itu tidak terlampau besar juga. Kira-kira cukup untuk menampung 15-20 orang yang bisa bersantai di meja-meja kayu yang ditata rapi dan bersih.

Seperti di rumah makan soto betawi lain, kita bisa memilih kombinasi isi soto. Racikan standarnya berupa soto daging, yang artinya terdiri dari irisan daging sapi. Di luar itu, kita bisa memilih kombinasi Soto Kikil, Nasi Goreng dan Oseng-Oseng daging sapi. Harganya pun terbilang sangat murah yakni Rp 10 ribu untuk 1 porsinya.

Di rumah makan lain, saya biasanya memesan kombinasi daging-babat karena kurang menyukai usus dan paruh. Namun, karena ingin merasakan citarasa penuh soto betawi Pak Kumis, saya memesan Soto Betawi. Belum ada 2 menit saya memesan, hidangan sudah disajikan di meja. Ternyata racikan soto ini sudah dipersiapkan sebelumnya sehingga saat ada pelanggan datang tinggal menambah kuah dan langsung dihidangkan, tidak pakai lama.

Saat pesanan datang itulah saya melihat kuah soto yang berwarna putih-kekuning-kuningan. Sebelum dicoba dagingnya, saya mencoba untuk mencicipi kuahnya terlebih dahulu. Selain harganya yang terbilang sangat murah, rasa kuahnya pun sangat segar dan berasa bumbu rempah-rempahnya. Makanya, tak heran jika warung ini mempunyai pelanggan yang cukup banyak.

Setelah menambah kecap manis, acar mentimun, dan sambal secukupnya, mulailah saya menyendok soto. Saat suapan pertama, langsung terasa cita rasa khas soto betawi yang gurih. Potongan tomat dan acar mentimun yang dicampurkan ke dalam soto menjadi penawar agar rasa gurihnya menjadi tidak berlebihan.

Daging dan jeroannya yang telah direbus selama kurang lebih 4 jam pun terasa empuk, legit, dan mantap. Dari bentuknya yang masih bersih, segar, dan berwarna coklat cerah, terlihat bahwa daging dan jeroan ini direbus belum terlalu lama, alias bukan bahan sisa yang sudah berulang kali diolah.

Kembali ke piring soto di hadapan saya, ternyata benar juga dugaan semula bahwa porsinya memang lebih banyak dibanding rumah makan lain. Buktinya, saat nasi di piring sudah licin tandas, ternyata sisa soto di piring lainnya masih tersisa.
Karena perut sudah cukup kenyang untuk memesan tambahan nasi, akhirnya saya nikmati sisa soto tersebut tanpa campuran nasi. Sengaja saya sendok pelan-pelan untuk meresapi semua sensasi rasa yang tersisa.

Bicara soal penjualan setiap harinya, Nidih menuturkan, hampir sekitar 10 kilogram daging sapi habis setiap harinya. Jika dijadikan soto betawi, sekitar 100 porsi. Ini jelas sangat membuat saya tercengang. Dengan tenda yang ukurannya pun tidak terlalu besar, warung Soto Betawi ini bisa menghabiskan 100 mangkok setiap harinya.

Asal Soto Betawi Pak Kumis
Bicara tentang Soto Betawi Pak Kumis, Nidih yang merupakan mantu dari pak Soleh Kumis ini mengaku dirinya adalah salah satu penerus Soto Betawi Pak Kumis. Awalnya, soto betawi ini dipelopori oleh pak Soleh yang terkenal dengan kumisnya yang lebat. Saat itu, beliau ikut dengan orang lain membuka warung soto betawi di daerah Sudirman. Tak mengerti apa alasannya, pak Soleh pun berhenti.

”Beliau pernah di ajak oleh seorang pengusaha untuk membuka usaha soto betawi di negara China. Namun beliau menolak dengan alasan lebih baik memberikan ilmunya kepada anak dan saudaranya agar mereka bisa membuka usaha soto Betawi di sini. Biar bagaimanpun lebih enak hidup di negara sendiri,” ujar Nidih.

Lebih jauh Nidih menuturkan, walaupun sudah membuka usaha ini sekitar 3 tahun yang lalu, dirinya belum bisa mempercayakannya kepada orang lain. ”Bayak sih pengusaha yang ingin mengajak kerjasama dengan saya. Namun saya belum bisa meninggalkan tempat ini. Jika mau, saya hanya menjual kuahnya saja kepada mereka yang ingin membuka warung soto Betawi. Dalam hal ini, saya tidak perlu ikut mengelolanya,” ucapnya.